Penjual Kenangan

Saturday, August 03, 2013

#2| Tiga Ratus Lima Belas Juta Tiga Ratus Enam Puluh Ribu Detak






Kehadirannya akan lebih terasa kala malam mulai menjauh. Kala angin di luar kamarku mulai berembus pelan membawa udara dingin yang menggigit . Dan, terkadang, suaranya berkejaran dengan detak jantungku. Terkadang terdengar menakutkan ketika kau terbangun tengah malam dan ia seakan-akan masuk ke dalam mimpimu. 

Ia telah bersamaku sejak awal kuliah, diberikan oleh kakakku yang sering kali dapat hadiah di tokonya. Warna biru kombinasi putihnya manis jatuhnya di mataku, dan aku menyukainya sejak itu. Sudah sekitar 10 tahun kami bersama. 

Ia sudah ikut berpindah bersamaku, sepertinya sejak aku indekos di Margonda setelah pindah dari asrama mahasiswa. Sampai tempat tinggalku yang terakhir ini, ia masih bersama, menunjuki waktu. Sayangnya, waktu kami pindah kali terakhir, ia terjatuh. Ujung bagian bawahnya pecah, begitu pula dengan kaca bulatnya: retak. Dengan tegarnya, dia masih berfungsi. Setelah melepas kacanya, aku tetap memasangnya di dinding. Menunjukiku waktu. 

Dan, kau tahu, kalau aku tidak keliru menghitung, ia sudah 10 x 365 x 24 x 60 x 60 = 315.360.000, tiga ratus lima belas juta tiga ratus enam puluh ribu kali berdetak untukku. Sebuah hitungan yang angka-angkanya  langsung memenuhi benakku, tak menyisakan ruang saking banyaknya. Ia sudah benar-benar bekerja keras, bahkan ketika aku begitu nyenyak tidur. Aku tahu mengapa ia terkadang terasa begitu terburu-buru. Ia tak terburu-buru, mungkin ia hanya lelah. Ia telah menua bersama detak yang ia ulang setiap harinya, setiap detiknya. 

Waktu menua. Dan, terkadang, aku malah memakinya di dalam hati, bilang ia terlalu tergesa-gesa dan enggan mendengarkan ceritaku.

Padahal, aku tahu, ia selalu ada di sana. Berdetak dengan irama yang sama, tanpa pernah mengatakan ia bosan, mendengari kisah-kisah yang kusisipkan di dinding kamar. Mengikuti takdirnya dengan jiwa yang penuh kerelaan (ia mungkin mendengari rahasia dan doa-doa yang kubisikkan tentang takdir). Ah, apa pendapatnya tentang aku? Apakah menurutnya banyak perubahan yang ia lihat dari seorang anak kuliahan yang ia kenal sejak sepuluh tahun silam?

Ataukah diam-diam dia memperhatikanku dalam tidurku dan berpikir, “Ah, gadis ini, masih sama saja sejak aku mengenalnya. Menghabiskan banyak waktu di alam mimpi. Dan, selalu berdiri lama di setiap persimpangan.”

Ah, jam dindingku, semoga kau tak lelah melihat tingkahku, dan semoga kau tak bosan mendengar kisahku, yang mungkin masih itu-itu saja.


#CeritaDariKamar [rapelan tanggal 2]

_____

catatan penulis: :))

menjelang tidur pada tanggal 2 dini hari, postingan ini sudah berkeliaran di benak saya dan rasanya lebih panjang daripada ini. tapi, kantuk mengalahkannya. esoknya, ada acara #kumpulramadhan gagasmedia dan bukune di TIM. jadinya, tidak sempat pegang laptop dan pulangnya sudah malam. jadilah ceritanya postingan tanggal 2 dirapel saja. sayangnya lagi, koneksi internet kurang lancar, jadinya yang berhasil dipublikasikan tanggal 2 hanya satu dan satu lagi, terlewat satu detik saja dan sampailah ia di tanggal 4 agustus. demikian.

No comments:

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin