Penjual Kenangan

Friday, November 06, 2015

dialog yang mungkin terhapus dari ingatan


gambar dari sini!


mon·o·chrome
/ˈmänəˌkrōm / 
noun 
1. a photograph or picture developed or executed in black and white or in varying tones of only one color. 
adjective 
1. (of a photograph or picture, or a television screen) consisting of or displaying images in black and white or in varying tones of only one color.




“monokrom, itulah yang selama ini kulihat pada diriku,” ucapmu di antara alunan lagu sendu kedai penuh buku. “begitu jugakah, menurutmu?” kau menyatakan tanya, matamu penuh harap aku menjawab tak sekadar untuk menyenangkan hatimu.
kejadian itu bertahun-tahun lalu. aku lupa tepatnya apa jawab yang kusampaikan. dahulu, aku yakin kau mendengarkan jawabanku dengan ragu-ragu. kau seakan masih memercayai dirimu mungkin hitam atau abu-abu.
bertahun-tahun, banyak kisah dan tawa yang kau bawakan untukku. berpendar dalam hari-hari saat kau isyaratkan rindu. saat aku mendapati punggungmu menjauh, tetapi hanya untuk membuatku tak sabar kembali bertemu.
bertahun-tahun, kau menjelma pendar bahagia.
lalu, apakah menurutmu bahagia hanya satu warna?
mungkin saja kau telah lupa percakapan kita. karena kau telah lama temukan mozaik warna.
monokrom, bagiku, kau tak pernah menjelmanya. jika saja kau tahu.
kemarin ataupun hari ini; ketika aku mendapati kesedihan hampir hilang di matamu. bahkan, aku membayangkan, mungkin saja kau sedang atau kembali jatuh cintaentah kepada siapa.






Friday, May 29, 2015

Menulis Berantai #TimMoveON #LoveCycle: Lifted Up #6 [Bagian Akhir]



c e r i t a   s e b e l u m n y a:

Abduraafi Andrian (@raafi) di blog Raafirmation (LIFTED UP Part 1)
Bimo Rafandha (@bimorafandha) di blog Embertumpah (LIFTED UP Part 2)
Andhika Citra Handayani (@andhkctra) di blog chaznologic (LIFTED UP Part 3)
Mandewi (@mandewi) di blog Mandewi (LIFTED UP Part 4)



sumber gambar



***


ORANG PATAH HATI dilarang keluyuran sendirian. Hatinya bisa komplikasi kena udara malam,” sambut Luna. Ia sudah duduk di teras rumah indekosku.

Telepon darinya mengembalikan langkahku yang tadi hilang arah setelah bertemu Tiffany dan Gilang. Aku duduk di sampingnya, tetapi tidak menyahuti kelakar yang ia lontarkan. Benakku masih dipenuhi suara-suara.


Apakah cinta adalah tentang waktu bersama ataukah tentang kerelaan berkorban untuk hari depan? Mengapa ketika diam-diam aku meninggikan tembok rumah impian Tiffany, pelan-pelan aku juga justru merobohkan cinta kami?

“Fi, kamu nggak cocok dengan muka murung begitu,” ujar Luna. “Yang berlalu, biarkan berlalu. Kesedihan tak akan pernah kedaluwarsa. Kita tertawakan saja.”

Aku tak menemukan kata yang tepat untuk menjawabnya.


Memangnya, kamu mau melewatinya dengan apa? Menangisinya?

“Bagaimana kalau dengan nggak membicarakannya?” sahutku.

Kami terdiam beberapa jeda. “Kalau begitu, sampai bertemu lagi. Titip berkas ini buat di kantor.” Luna menepuk bundelan di sampingnya.

“Eh, kamu mau ke mana?”

“Cuti, liburan ke Dufan. Hehe.” Luna sudah berdiri. “Aku mau ke makam ibuku, di Malang,” ungkapnya. “Aku balik, ya. Nggak enak mencuri panggung kesedihanmu.” Ia masih sempat meledekku.

"Luna," kejarku, meraih tangannya.

“Terima kasih sudah menolakku.” Kata-kata itu terlontar begitu saja. “Saat sudah jatuh cinta kepadaku, kamu mau mengakuinya?” Entah bagaimana, bersama wanita ini, aku jadi mudah berterus terang.

Luna malah tertawa. “Fi, cinta bukan untuk diberitakan. Tapi, bukan juga untuk dirahasiakan,” ucapnya. Ia menatapku dengan tatapan yang kelak baru kumengerti.

“Saat sudah bisa melepasnya, kamu mau mengakuinya kepadaku?”

Pertanyaan itu membuatku kelu.

“Tidur, Fi. Besok pagi kamu kerja. Aku juga harus mengejar kereta pukul 10 pagi,” imbuh Luna. “Tapi, kalau Raafi-si-gila-kerja-ini mau bolos dan ikut aku, kabari saja. Hidup ini singkat, jangan habiskan dengan muka masam begitu. Sudah berapa lama kamu nggak liburan?"

Luna kemudian menjauh. Tak menunggu jawabanku.



***




AKU rebah di tempat tidur, dengan seprai biru pilihan Tiffany. Bayang wanita yang kusayang itu melintas. Ia tadi tampak begitu sedih. Apakah aku telah menyerap kebahagiaannya?

Aku meraih ponsel. Nama Tiffany masih di sana, dengan foto favoritku. Senyum bahagianya abadi dalam foto itu, di bawah cahaya sore saat aku wisuda. Hatiku berdebar. Rasa sayang ini begitu luas untuknya hingga tak menyisakan untuk yang lain. Bahkan, mungkin untuk diriku sendiri.

Fan, aku memikirkanmu. Draf pesan itu tersimpan di ponselku, sejak hari pernikahan Tiffany dan Gilang.

Hidup ini singkat, ucapan Luna mengiang.

Aku menghela napas. Hari ini, lima menit berdiam diri bersama Tiffany dan Gilang terasa begitu panjang. Lalu, saat bersama Luna tadi, waktu tiba-tiba berlalu begitu cepat.

Fan, aku memikirkanmu,

tetapi aku harus melepasmu....

Agar kau bahagia.

Aku pun bahagia.


Aku menghapus pesan itu. Lalu, mengetik pesan baru.

Tidak panjang, tidak pendek.


Sent.

Pesan itu terkirim.

Kepada Luna.

Semoga ia tersenyum ketika membacanya.

Sesekali, aku harus berani keras terhadap diriku sendiri—dan kini adalah saatnya. Kesedihan tak akan pernah kedaluwarsa jika kita tidak menentukan batas waktunya.

Agar hidup singkat ini tak habis sia-sia.

Aku menutup mata. Melapangkan dada; memberi tempat untuk maaf dari Tiffany, juga maaf dari diriku sendiri. Berharap esok terjaga dengan rasa berbeda.

Fan, I think of you. But I have to let you go.
Karena akhir bahagia adalah milik orang-orang yang berani melangkah ke muka dan memperjuangkannya.


—FIN—








_________________________________________________

PS.

Psst, ini adalah bagian terakhir dari menulis berantai “Lifted Up” #TimMoveOn.
Kamu—sebagai pembaca—bisa ikut serta di tulisan ini. Caranya?

1.      Tuliskan isi pesan Raafi kepada Luna. Pesan apa, sih, yang dikirimkan Raafi?
2.      Twitpic pesan Raafi untuk Luna versimu itu, mention @widya_oktavia @GagasMedia
3.      Gunakan tagar #TimMoveOn #LiftedUp #LoveCycle

Jadilah bagian dari kisah Raafi dan Luna. Juga #TimMoveOn, pastinya.

Satu orang beruntung akan mendapatkan sebuah buku Penjual Kenangan bertanda tangan dari saya.

Good luck! ;)

Salam,

@widya_oktavia
#TimMoveOn


 ________________________________________________



Sunday, May 10, 2015

L.O.V.E Cycle Online Festival


Hai, hai,

Lama tak berkabar di sini. Bukan karena tidak rindu. Hanya saja, beberapa waktu lalu, saya lebih banyak menulis di angin utara, terutama untuk kegiatan #RabuMenulis. :)

Nah, saya punya kabar terbaru. ;)

Saya akan menerbitkan novel di GagasMedia. Jika semuanya lancar (amin!), novel ini terbit September mendatang. Novel saya ini akan tergabung dalam seri L.O.V.E Cycle, seri terbaru GagasMedia, yang mengetengahkan tahapan dalam cinta. 

"Karena cinta adalah jalan memutar, 
segala rasa tak akan putus di tengah jalan." 

Ada enam tahapan cinta yang akan disuguhkan, yaitu Cinta Pertama - PDKT - Pacaran - Patah Hati - Move On - Komitmen. Nah, saya ada di tahap kelima, yaitu Move On, dengan judul novel I Think of You: I Have to Let You Go. 

Ini sneek peak seri L.O.V.E Cycle (ini bukan tampilan cover keseluruhan, hanya label judulnya).

Embedded image permalink


Seri ini akan terbit dua bulan sekali, dibuka dengan I Love You: I Just Can't Tell You dari Alvi Syarin dan I Need You: I Just Can't Show You dari Yoana Dianika.

Untuk merayakan segala rasa dalam cinta, GagasMedia menghadirkan L.O.V.E Cycle Online Festival (LCOF). 


Embedded image permalink
Nah, kamu bisa ikut berpartisipasi merayakan segala rasa dalam cinta di LCOF bersama para penulisnya.

Hadiahnya? 
Tim dengan poin terbanyak akan mendapatkan paket berlangganan enam seri L.O.V.E CYCLE dari GagasMedia untuk masing-masing peserta.

Semua peserta terpilih akan mendapatkan hadiah hiburan dari GagasMedia.

Untuk tahu lebih lanjut tentang LCOF, langsung klik di sini!


Ada enam tim yang bisa kamu pilih dan ada enam jenis lomba yang bisa diikuti. Setiap tim terdiri dari 16 orang anggota dan akan dipandu oleh host yang merupakan penulis seri L.O.V.E CYCLE GagasMedia.

Ini dia tim dan penulis yang menjadi host.

1. Tim Cinta Pertama - Host: Alvi Syahrin
2. Tim PDKT - Host:Yoanna Dianika
3. Tim Pacaran - Host: Bernard Batubara
4. Tim Patah Hati - Host: Kireina Enno
5. Tim Move On - Host: Widyawati Oktavia
6. Tim Komitmen - Host: Riawani Elyta

Saya akan jadi host di Tim Move On. Yey! Co-host di tim ini ada @RyAzzura, seorang motivator yang mumpuni masalah (petuah-petuah) move on. :p




Kamu mau join di Tim Move On? Daftar di sini!

So, tunggu apa lagi? 

source: pinterest

Hanya 16 orang yang akan dipilih masuk ke setiap tim. 
Pendaftaran ditutup pada 14 Mei 2015. Diumumkan pada 15 Mei 2015. 

Sampai ketemu di #TimMoveOn! 

source: pinterest

















Bersama kita bisa (move on)! ;)

#TimMoveOn | @widya_oktavia


LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin