Penjual Kenangan

Wednesday, August 14, 2013

#13| Nyalakan Harapanmu



Saya cenderung perlu lampu belajar. Sejak SD dulu, kalau belajar, saya merasa lebih fokus kalau buku yang saya baca lebih terang dari cahaya ruang (ala suhu ruang). Membuat segala hal menjadi lebih terang, seakan memberimu kekuatan cahaya. Lampu belajar yang ini saya beli dengan semangat '45. Belinya di salah satu pasar swalayan. Tiang lampu belajar ini bisa dilipat, jadi akan lebih mudah kalau dibawa-bawa. Ia pernah saya bawa juga ke provinsi sebelah, waktu saya sempat jadi abdi negara itu. 

Malam ini, lampu ini lagi jadi cahaya utama di kamar saya, soalnya lampu kamar ini putus gara-gara atap bocor. Belum dibenerin karena sepertinya dudukan atau sarang (apa sih istilahnya itu?) lampunya kayaknya korsleting. Nggak berani juga nyalainnya karena takut hujan lagi dan atapnya bocor lagi. Bapak kontrakannya belum saya kasih tahu, sih, soalnya saya sering banget komplain tentang bocor ini. Tapi, memang di mana-mana bocor. >.<

Degresi, deh, ceritanya. Maafkan. Lampu ini dibeli dengan berbagai pertimbangan karena harganya lumayan mahal (menurut saya). Setelah dibanding-bandingkan dengan merek ecek-ecek yang sepertinya gampang rusak (juga dengan merek lain yang malah lebih mahal lagi), akhirnya saya beli juga. Terus, ya, setelah beli lampu ini, selang beberapa lama kemudian, masa dia diskon 50%. Ih, nyebelin banget!

Terus, belum lama ini, di pasar swalayan yang sama, ada bentuk baru juga dari lampu ini (merek yang sama). Saya jadi pengin beli lagi. Rencananya, buat Gita--sebagai hadiah karena belum lama ketika itu, dia baru saja merayakan hari lahirnya--karena saya sudah punya. 

Tapi, saat saya sampaikan ide cemerlang itu, sayangnya Gita nggak mau dikasih hadiah lampu untuk ulang tahunnya. Dia malah mikir saya pengin aja beli lagi, padahal kan saya cuma nggak mau melewatkan bentuk dan warna baru lampu belajar ini. Dikasih diskon dan dikasih lampu gratis pula! Hanya dalam masa promo, begitu kata mbak penjaganya. Tapi, sayangnya, Gita tetap tidak mau dan tetap mikir saya yang gila-belanja. Huh. Padahal, siapa yang bisa melewatkan promo semacam itu, kan? Kapan lagi coba?

Makna lampu belajar bukan hanya sekadar lampu. Ia adalah penerang, yang mampu menyalakan banyak hal dalam diri kita, termasuk harapan. Yang pastinya akan mewujudkan impian. 

Ah, sayangnya, Gita sudah menolak rencana hadiah ulang tahun ini. Jadilah saya tidak memberikan hadiah apa-apa untuknya tahun ini. 

Oh ya, lampu belajar ini lumayan awet. Bohlamnya juga belum pernah diganti sejak saya beli. Nah, harusnya Gita berpikir lagi, ya, sebelum menolak usulan saya untuk memberinya hadiah ulang tahun berupa lampu belajar penyala harapan. Oalah! 



____

[#13 Proyek #CeritaDariKamar]


 

No comments:

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin