Penjual Kenangan

Friday, October 29, 2010

Dia mengabulkan (lagi) doaku :)




hari itu, aku lupa kapan tepatnya. belum lama. mungkin, dua minggu saat puasa berjalan atau dua minggu sebelum lebaran. yang pasti, pada kisaran waktu itu. aku menelepon ibu. membawakan kabar gembira tentang pernikahan sahabat baikku--yang juga sudah dianggap anak sendiri oleh ibu. :)

saat akan mengakhiri percakapan, ibu mengingatkan aku tentang sesuatu. "hati-hati, nak. jaga dirimu. ibu bermimpi tidak baik tentangmu," pesannya. "hanya mimpi, nak. tapi, ibu khawatir kau kenapa-kenapa," lanjut perempuan yang semakin tua itu.

"tidak perlu khawatir, ibu, semua akan baik-baik saja," sahutku ringan, sambil berpikir ibu hanya terlalu mengkhawatirkan aku yang terlalu sibuk menjadi penjelajah deadline.

dan, tadi pagi, saat dalam perjalanan, aku teringat pesan ibu itu. ah, aku benar-benar lupa.
dan, aku tidak hati-hati. maaf, ibu. aku akan berusaha tak mengabaikan ucapanmu.
namun, aku tahu, Dia menyayangku, hingga memberi sedikit goresan ini. hanya sedikit luka, yang aku tahu akan silam segera. dan, sebagai pengingat bagiku, agar aku tidak alpa. dan bahwa Dia menyayangku dan selalu memberikan jalan terbaik-Nya

dan, sebagai pengingat bahwa Dia tak pernah lupa dengan doa yang pernah kuucap--yang bahkan, ternyata aku yang lupa.
ya, inilah yang kuucapkan diam-diam dalam sujud-sujudku.
dan, kini, dikabulkan-Nya, bu.
ah, betapa Maha Penyayang Dia.
dan, betapa maha pelupa aku.

ibu, terima kasih juga atas doa-doamu. :)


i owe the pic

Thursday, October 28, 2010

Rain Dryer di Karnaval Hujan





Di kota itu, aku tak bisa membaca arah.

Tapi, kau tahu, di sana, mereka seperti punya hair dryer untuk hujan—hmm, kalau begitu, seharusnya, disebut rain dryer ya? ;)

Baru saja hujan seperti sedang berkarnaval ke bumi. Dan, kau berdiri di persimpangan dengan sebuah payung yang tak sempurna melindungimu. Hujan dengan lincah mengajakmu berpartisipasi dalam karnavalnya meski kau sedang terburu-buru—ataupun sedang menggenggam resah, misalnya.

Belum sadar bahwa langkahmu sudah menjejak dengan pasti atau belum, tiba-tiba saja, ziiiing, langit cerah seketika. Rain dryer bekerja dengan sangat baiknya. Dan, kau tiba-tiba kau merasa ganjil dengan payung di tanganmu, dan percikan lumpur di kaki dan ujung celanamu.

Hei, matahari sudah kembali! Membubarkan karnaval hujan, tanpa sisa. Kau pun akan sedikit lupa dengan resah yang tadinya begitu erat di tanganmu.

Ah, kota itu, cukup menarik, bukan?

Tapi, di kota itu, aku tak bisa membaca arah. Atau, belum? Perlukah kembali?

Tuesday, October 26, 2010

n.b.




Pas liat foto ini di HP, saya jadi inget, hari minggu kemarin itu, saya dan Nulur juga ke tempat pernak-pernik, nyari bangle unik kayak punya gita--bangle-nya cakep dan harganya cuma 20 ribu. Tapi, sayangnya, udah nggak ada. :(

Kami keasyikan liat-liat. Pas sampe di tempat topi, wah, saya jadi pengen (nyobain), apalagi cukup matching ama kerudung sayah. :D Terus, nyobain deh. Pas (iseng) minta Nulur motoin, hihi, mbak-mbaknya bilang, "Maaf, Mbak, nggak boleh foto."

"Oh, iya," gumam kami, pura-pura bego. Terus, sambil pura-pura ngobrol *biar keliatan cool* melipir-lipir deh, langsung keluar. *Hahaha, tengsin euy.* ;))

Sunday, October 24, 2010

Buat Naik Haji :D



Hari ini, setelah pulang dari nikahan Rahmi--teman satu angkatan kami--di TMII, saya dan Nulur jalan-jalan. Tapi, karena hujan dan juga males kejebak macet, jadilah kami jalan-jalan ke Margo City--hehe, selemparan batu dari kosan saya. :)

Pas masuk, kami melihat deretan stand peserta bazar baju-baju lucu. "Eh, Lur, liat gelang dulu, ya," ucap saya sambil menarik tangan Nulur ke stand kalung dan gelang-gelang cakep. ^^ Gelang-gelangnya lucu banget. Dan, jadi kepikiran beli banyak di Yogya. Soalnya, kata Gita yang abis honey moon (uhuy ;p) di Yogya, gelang kayak gitu cuma delapan ribu.

Sementara itu, di sini dijual 25-an yang polos dan 35-an yang ada ukirannya. :( Akhirnya, saya beli gelang kecil-kecil dua biji--sambil mikir bahwa di kosan, masih banyak gelang dan kalung saya yang belum sempat dipakai (stop beli gelang dan kalung, dan cincin, dan tas) ;((.

Harga dua gelang kayu kecil itu cukup murah, 15 ribu dua. :D Nulur tadinya mau ikutan beli, tapi nggak jadi karena, ngg, tadi kenapa yang Nulur ga jadi? Lupaaa. Sebenernya, saya beli juga karena udah kelamaan diri di situ dan pake nanya semua harga yang ada di sana pula. Hehe. Tapi, harga-harganya cukup murah di stand itu. Dan, desain kalung dan gelangnya unik-unik.


kau percaya intuisi?



kau percaya intuisi?
kita, para perempuan memilikinya. dan, terkadang, para laki-laki bilang itu rasa curiga. bahkan, kadang mereka sebut sebagai rasa cemburu.
padahal, intuisi bukan itu. mereka salah. kamus besar bahasa indonesia pun sudah dengan jelas membedakan intuisi dengan perasaan curiga dan rasa cemburu.

intuisi

n daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati;

curiga
n (kl) 1 keris; 2 berhati-hati atau berwaswas (karena khawatir, menaruh syak, dsb); 3 (merasa) kurang percaya atau sangsi terhadap kebenaran atau kejujuran seseorang (takut dikhianati dsb);

cemburu
adj 1 merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dsb; sirik; 2 kurang percaya; curiga (karena iri hati);

mungkin, jika mereka-mereka itu menukarkan intuisi dan curiga, itu masih bisa dimaklumi. namun, tampaknya para laki-laki itu perlu mempelajari perbedaannya dengan lebih saksama. kalau mereka tidak telalu memahaminya, mungkin bisa dicarikan kata padanannya yang lebih umum. firasat, insting, kata hati, naluri bisa mewakili kata “intuisi” itu—meski tetap ada bedanya.

karena itu, jangan berkecil hati, dan marah sajalah meski mereka akan balas lebih marah lagi untuk menutupi kekeliruan mereka.

yang kita miliki itu adalah intuisi. yang kadang muncul dalam perasaan-perasaan tak enak akan sesuatu. “deg!” kata intuisi dalam hati kita. lalu, dengan refleks, otak menalikan suatu hal dengan hal lain. yang kadang membuatmu seperti seekor kucing yang begitu ingin tahu, yang akhirnya akan membawamu pada sebuah jurang.

hati-hatilah, ia akan bisa menjatuhkanmu ke dalam jurang itu. dan, sebelum memercayai intuisi yang kau miliki, pahami benar hal ini. curiosity killed the cat.
dan, bagi kita—para perempuan—intuisilah yang akan “membunuh” kita. jadi, persiapkan diri dengan sungguh-sungguh sebelum mempekerjakan intuisi itu di dalam dirimu.

intuisi itu sering kali bertalian dengan perasaan yang dalam. perasaan sayang atau cinta. intuisi bekerja dengan sangat baik di dalamnya. hanya dengan membaca satu dua kata, intuisi bisa langsung bekerja. dan, percayalah, itu adalah sesuatu yang berasal dari sudut terjauh di dalam sana. gerakan hati, atau bisikan hati, yang ah, entah bagaimana bisa dengan sangat menakjubkan diciptakan-Nya. namun, ingatlah selalu, intuisi bisa membunuhmu, jangan terlalu kerap atau terlalu blak-blakan menggunakannya. gunakan dengan cantik—-sulit, memang. tapi, di situlah seninya intuisi ini.

pada suatu cerita, intuisi telah mempersiapkan seseorang untuk menghadapi sebuah kejadian dalam kisah panjang (cinta)nya. tapi, intuisi itu bekerja terlalu cepat hingga orang itu belum siap, bahkan baru mulai mereka-reka. dan, voila! ia sampai pada akhir cerita.

oh, ya, aku jadi ingin bertanya, menurutmu, kalau kita merasa lelah dengan perasaan cinta yang kita miliki terhadap seseorang, apakah kita benar-benar mencintai orang itu?

menurutku, cinta seharusnya tak pernah merasa lelah. perlu jeda ataupun sesuatu yang disebut sebagai waktu, mungkin iya. namun, kau tahu, jika kau merasa lelah dengan perasaanmu, pertanyakan lagi rasa itu. apalagi, jika dengan "sekedipan mata" kau bisa, taraaa, menumpuk sebuah perasaan baru di atasnya. hmm, entahlah, intuisiku bilang, dalam kasus ini, ada hal-hal yang tak kau ungkapkan *p.s. jangan padankan ini dengan curiga--kalaupun tampaknya berbeda sekulit ari dengan kata itu ;)*.

aku suka memperhatikan cekungan sebuah batu yang kutemui. dan, tanpa intuisi pun, kau pasti tahu batu itu pastilah ditetesi air hujan terus-menerus. cekungan di batu itu indah. kadang, tak habis-habisnya aku mengangguminya. aku tahu, hujan yang menetesinya pasti lelah. namun, jika saja sang hujan itu tahu tentang cekungan indah itu, tentu ia tak akan pernah menyesal untuk "sedikit" merasa lelah.

ah, kadang, tentu kita tak bisa selalu berharap pada hujan, bukan? dan, kadang, kita juga tak bisa selalu percaya pada intuisi. namun, kita—-para perempuan—-tak perlu heran jika intuisi itu sering kali bekerja diam-diam di alam bawah sadar--subconscious mind--kita. meskipun kadang, dalam pikiran sadar--conscious mind--kita ingin menyangkalnya.

i owe the pic!

Saturday, October 23, 2010

"Close your eyes and make a wish"




Close your eyes and roll a dice
Under the board there's a compromise
If after all we only lived twice
Which lies the run road to paradise

Don't say a word, here comes the break of the day
And wide clouds of sand raised by the wind of the end of May

Close your eyes and make a bet
Face to the glare of the sunset
This is about as far as we get
You haven't seen me disguised yet

Don't say a word, here comes the break of the day
And wide clouds of sand raised by the wind of the end of May

Close your eyes and make a wish
Under the stone there's a stonefish
Hold your breath then roll the dice
It might lead the run road to paradise

Don't say a word, here comes the break of the day
And wide clouds of sand raised by the wind of the end...

Don't say a word, here comes the break of the day
And wide clouds of sand raised by the wind of the end of May

--keren ann, "end of may"


(dan, mungkin, Dia telah menjelmakan keinginanmu. yang engkau ucapkan entah pada doa keberapa. dan, kau-aku akan tahu, langkah akan baik-baik saja. bukan tiba-tiba. setiap cerita telah dituliskan akhirnya. sudah sejak lama. dan, setiap bintang telah ditentukan langitnya. mari berjalan saja. nikmati pendarnya.)


I owe the pic!

"Jangan lupa bawakan buah tangan," pesan kami. :)

Dulu, saya dan gita penggila buah tangan alias oleh-oleh.
Setiap ada teman yang pamitan, pasti kami teror agar membawa oleh-oleh. Haha. *Nyesel pastinya mereka ngasih tahu :D* Dan, senangnya sih para teman itu tidak keberatan untuk membawakan kami oleh-oleh. Bahkan, kadang, dengan berbaik hati datang ke kosan untuk membawakan kami oleh-oleh tanpa diminta. Hehe. *kayaknya sih karena pada males ditagihin* ;p

Saat melihat file-file foto lama dari komputer, saya menemukan beberapa benda yang sempat dioleh-olehkan teman kepada kami. ^_^



(Oleh-oleh dari Apiz yang tega-teganya menyiksa hewan-hewan laut di Pantai Anyer)




(Kendi, oleh-oleh Ucup dari Magetan. Oleh-oleh ini "terpaksa" dibawakan Ucup karena kami memuji-muji air dingin alami yang disungguhkan di rumahnya, waktu kami "maksa" nginep di rumahnya setelah turun dari salah satu gunung dekat sana)




(Oleh-oleh dari Liya, teman kerja waktu di Erlangga. "Gw pikir ini cocok banget buat lo, Wied," kata Liya waktu bagi oleh-oleh yang dia sesuaiin sama kesukaan masing-masing orang. Dan, benar saja, saya begitu antusias dan seneng banget dapat tas itu. :D)




(Oleh-oleh dari seorang teman. Buah delima, yang ternyata enak karena saya pencinta makanan atau minuman yang "asem-asem dikit". Gita nggak terlalu suka, seperti halnya dia nggak terlalu suka buah naga yang menurut saya enak banget.)




(Dan, dari "merah" inilah warna "merah delima" itu berasal ^_^)



(Tapi, kayaknya lebih enak dijus biar makannya nggak bingung. ^_^)




(Lilin gede dari si AAk Garda. Konon, di kampung halamannya di Pandeglang ada banyak kelenteng, jadi dia punya banyak lilin yang (awalnya) segede gaban ini).




(Bisa buat gaya-gayaan klo lagi mati lampu. ;D)




(Stiker yang didapat dari beberapa acara--ini belum semuanya ditempel, soalnya kadang-kadang sayang. Jadi, disimpen, disimpen, sampe lupa naronya di mana. Haha. Kalau boneka jepang dari washi itu buatan Diana, teman kami lulusan Sastra Jepang ^^)


Masih banyak lagi buah tangan yang kami punya, tapi sayang tidak sempat didokumentasikan. Terima kasih, teman-teman tersayang. Jangan kapok buat berpamitan kalau kalian bepergian. ;)

Apa Golongan Darahmu?



Jarum suntik merupakan salah satu benda yang saya takuti. Dari dulu, saya sangat anti-disuntik. Bahkan, waktu SD, saat lagi marak imunisasi Hepatitis B, saya tidak melengkapi proses suntik-menyuntiknya. Saya hanya ikut satu kali, padahal harusnya dua kali. Sesi kedua yang diadakan minggu depannya tidak saya ikuti karena suntikan itu membuat lengan saya sakit sampai berhari-hari. Dan, sejak itu, saya tidak pernah lagi mau disuntik....


Lalu, karena itu pulalah saya tidak pernah tahu jenis golongan darah saya. Dan, dulu, saya pernah dengar, kalau mengetes golongan darah, alat yang digunakan adalah stapler. Jadi, ujung jari kita distaples... wow, gambaran yang sangat mengerikan dan tentu saja bikin saya takut buat tes golongan darah.

Sampai empat tahun setelah lulus kuliah pun saya tidak pernah tahu golongan darah saya. Dan, terkadang, terpikir hal-hal yang mengerikan. Duh, kalau saya kenapa-kenapa, bakal susah nyari donor darah karena golongan darah saya belum diketahui. Dan, mesti tes dulu.... Hal itu kadang mengganggu saya. Namun, tentu saja jadi cepat dilupakan dengan kesibukan sehari-hari.

Saya hanya bisa mereka-reka golongan darah saya dari golongan darah ayah dan ibu saya. Entah ikut ayah atau ikut ibu saya. Jadi, sebenarnya, saya merasa sudah tahu golongan darah yang saya miliki. Tapi, kadang, tetap iri dengan orang-orang yang sudah tahu pasti apa golongan darah yang mereka miliki. Hehe.

Dan, beberapa hari lalu, saya perlu tes darah--wow, saya cuma bisa merem waktu darah saya itu diambil dua tabung kecil. sambil berdoa-doa biar nggak kepikiran. :(
Setelah mbak petugasnya selesai, timbul di pikiran saya. "Mbak, bisa sekalian tes golongan darahnya nggak?" tanya saya sambil masih merasakan tangan kanan saya kaku.
"Oh, bisa," kata si Mbak.
"Bisa pake darah yang itu aja, kan, Mbak?" tanya saya nggak mau rugi. ;D
"Iya, bisa," sahutnya, tapi ada tambahan biaya lagi.
"Oh, iya, nggak apa-apa," sahut saya senang--daripada rugi darah, mendingan rugi duit, kan? ;p

Besoknya, tes darah itu sudah diambil. Dan, akhirnya, setelah bertahun-tahun, saya mengetahui jenis golongan darah saya--tanpa harus menstaples ujung jari tersayang. Horee. ^^

gambar di sini!

Wednesday, October 20, 2010

[gadis kecil di atas bukit]




Kau tahu fragmen yang paling kusuka dari serial Candy-Candy--salah satu buku cerita favoritku itu?
Ketika Candy kecil bertemu sang Pangeran di atas bukit.
"Jangan menangis, gadis kecil. Kau tampak manis kalau tersenyum," ucap sang Pangeran yang membawakan senyum itu, sambil meraih tangan gadis kecil yang sedang tersedu.


Dan, aku tak pernah menyalahkan jika gadis kecil itu jatuh cinta kepada sang Pangeran.
Kau tahu, kenapa?
Ah, tak perlu kujelaskan, bukan?
Seharusnya, kau pun tahu.


[di antara rinai hujan sore]

Semoga, Bu


"Bagaimana?" tanya Ibu.
"Doakan saja, Bu," sahutku, dari jarak yang dilintasi selat itu.
"Ibu selalu doakan, Nak. Selalu," sahutnya, dan tentu saja tak terdengar ada dusta di dalam kata-kata itu.
"Iya, Bu, terima kasih....," ucapku, dan air mata menggantung sangat berat di kedua belah mataku yang memejam itu.

Ah, aku tahu, dan seharusnya tak memintanya lagi mendoakanku. Aku tahu ia akan selalu mendoakanku, setiap waktu. Bukankah aku juga menjelma dari doa-doanya?

Ibu, terima kasih. Dan, aku pun mendoakanmu dalam setiap sujud-sujudku. Semoga itu juga selalu. Semoga doa-doaku sampai, menjaga agar air matamu tak jatuh dan tak membeku dalam tidurmu, mengkhawatirkanku.
Semoga, Bu.




gambar dari sini!

Perasaan...

Pagi tadi, gita SMS. "Jalanan rusak dkt perumahan yang baru dibangun itu ditutup, wid."
Lalu, otak saya mencari alternatif jalan. Kalau saya pergi lewat UI (jalan saya biasa pulang kantor), saya khawatir tersasar. Kalau berbalik arah, entah kenapa jalanan itu terasa asing lagi. Waktu lewat sana sama Gita (pergi ke kantor, bukan pulang dari kantor), kami pun nyasar. Tapi, kalau lewat jalan lain yang belum pernah saya lewati, saya khawatir lebih nyasar lagi.


Hari masih hujan. Tapi, saya harus pergi karena hari semakin siang--meski matahari tak tampak semakin meninggi. Lalu, setelah mengenakan jas ujan lengkap, dan dengan mereka-reka jalanan lewat UI itu, saya yakin tidak akan tersasar.
Setengah perjalanan masih aman. Dengan mengandalkan perasaan, saya belok sana belok sini. Dan, masih jalan yang benar.

Zeeet, saya lurus setelah jalanan tanjakan. Perasaan saya bilang jalanan itu asing. Lalu, menengoklah saya ke belakang. Duh, salah. Harusnya, di jalanan "rumah tusuk sate" yang sudah lama ada tulisannya "dijual" itu, saya belok kanan karena kalau pulang kantor, saya belok kiri. Oke, cuma nyasar dikit. Hujan makin menderas.

Lurus, lurus, lurus. Jalanan asing lagi. Duh, tadi harusnya belok kiri saat motor yang barengan saya itu belok kiri. Muter arah lagi. Dan, alhamdulillah, saya keluar ke jalan raya.
Sip, saya tahu jalanan ini dan saya tak akan nyasar lagi di sini--dulu, waktu sama gita, kami nyasar di sini (harusnya belok kiri, tetapi kami lurus).

Lalu, jalanan masjid yang polisi tidurnya "nyebelin", saya sudah tahu belok ke mana. Aman.
Namun, malangnya, di jalanan kecil yang berliku-liku itulah saya nyasar ke mana-mana. Uh, ujan pun nggak mengizinkan saya buat ngambil HP dan menelepon Resita yang jago baca petanya. Saya terhipnosis oleh mobil pick up dan mengikutinya sampai jauh... dan, saya benar-benar asing dengan jalanan itu. Ujan juga bikin orang-orang nggak ada di jalanan.

Saya memutuskan berbalik arah, menuju titik pertama saya nyasar. Zeeng. Ada perasaan saya kenal gang sebelah kiri saya dan refleks saya berbelok di sana. Lalu, ada perasaan ragu-ragu lagi. Saya berhenti. Terdiam, hendak merogoh hape di kantong jaket di balik jas ujan. Ah, ribet...
Saat menengok, saya melihat gerombolan ibu-ibu lagi duduk di semacam posko gitu. *kok tadi saya nggak lihat mereka ya?*

Berbalik arahlah saya. "Bu, Jalan Haji Montong mana ya?" tanya saya dari balik helm fullface yang saya tarik sedikit bagian mulutnya.
"Oh, itu neng, lurus aja. Mentok, itu udah jalan Haji Montong."
Oh... Saya lega.
"Kalau ke kanan kan ke kompleks, nah Haji Montong ke kiri," jelas mereka lagi.
"Makasih, ya, Bu." Lalu, saya melajukan Shizumi, berputar, lalu lurus.

Dan, tak lama, sampailah pertigaan itu. Ada tukang ojek mangkal. Saat menengok ke kiri, saya sudah merasa akrab dengan jalan itu. Ada jembatannya. Lewat tanjakan dikit, saya sudah sampai di depan gerbang kantor.

Alhamdulillah. Nyampe juga--dan kuyup meski sudah pakai jas ujan. Saya khawatir bakal sampai nggak masuk kantor gara-gara nyasar. Saat melihat jam, ya ampun..., ternyata, saya menghabiskan waktu pergi ke kantor hampir satu jam (lewat jalan pulang yang biasanya hanya memakan waktu dua puluh menit). :(

Tuesday, October 19, 2010

Biar Kayak Orang-Orang* ;)














*bay, kita bikin pesbuk bay.. (ngapain bay?)
biariiin, biar kayak orang-orang...
bay, kita bikin twitter bay... (huh, kayak bisa aja..)
biariin, biar kayak orang-orang....

(menukil lagunya Nunung Cs)

Saturday, October 16, 2010

belum habis malam

"dan, karena hidup itu indah.
aku menangis sepuas-puasnya."
--sapardi djoko damono--




dan, kau tahu, percakapan panjang kita seringnya malah menjelma air mata.
apakah itu pertanda?
entahlah, aku tak pandai mereka.
dan kau seakan juga tak belajar untuk menjadi lihai membacanya.

Friday, October 15, 2010

ketika hari-hari menghilang



"hari-hari menghilang. dan aku masih mendapati langkah masih menjejak di sini. pada awal yang sama," ucapmu kepadaku suatu hari.

katamu, kau tak bisa lagi merasakan garangnya matahari berkali-kali menyentuh kepalamu, menggores lembut kulitmu. "tidak seperti dulu," tambahmu lagi.


dan, lalu, kau ceritakan tentang janji yang kau ucapkan kepada seseorang yang begitu kau sayangi, "satu tahun lagi, aku akan kembali. membawakanmu sebuah lukisan kisah yang sempurna. kisah cinta," janjimu.

dan, ternyata, sampai satu tahun ini, kau tak menyelesaikan apa-apa. tak satu lukisan kisah pun yang kau beri bingkai. yang sempurna, inginmu.

lalu, kau duduk di sampingku. kau tahu, saat itu, aku melihat banyak kisah di matamu. yang berkeliaran tak berarah.

"jika ada yang bertanya padamu tentang lamanya waktu, katakan kepadanya, ia seperti angin," ujarmu cepat, menatap padang ilalang di hadapan kita; seakan tak ingin membagi sepenggal kisah pun yang ada di matamu itu. "yang datang tanpa kau sadari, dan pergi begitu saja, sebelum sempat kau suguhi sesuatu," kau selesaikan kalimatmu, seakan menyesali, satu-dua hal, atau mungkin lebih dari itu.

aku belum sempat mencoba mengkalkulasi lamanya waktu, dalam benakku. "itulah hitungan lamanya waktu. jika kau tak berhasil mencampur warna menjadi sempurna," katamu lagi, lalu berdiam. lama.

hari semakin petang saja.

aku tak berhasil mencari-cari kata-kata--yang juga sempurna--untuk menimpali ceritamu.
lalu, aku hanya diam. kau pun diam.

dan, kau tahu, kala itu, aku benar-benar merasakan keheningan. yang sungguh-sungguh sempurna. ah, mungkin saja. atau, itu hanya perasaan yang ganjil dalam diriku saja?

Norah's Lullaby


Terkadang, saat merasa diakbrabi hening, saya mendengarkan
dia. Kau tahu? Mendengarkannya seperti sedang mendengarkan seorang sahabat bercerita. Mengisahkan padamu tentang kisah-kisah cinta. Memberimu pelukan erat, ketika kisah cinta sedang tak bahagia. Dan, memberimu kata-kata seperti, "suatu hari, dia akan menyesal melakukan hal itu padamu," ketika kau pikir cinta sedang tak memihak. ;D



"Heart Of Mine"


Heart of mine,
Be still
You can play with fire,
But you'll get the bill
Don't let him know
Don't let him know that you love him
Oh, don't be a fool, don't be blind
Heart of mine

Heart of mine,
Go back home
You've got no reason to wander
No reason to roam
Don't let him see
Don't let him see that you need him
Oh, don't push yourself over the line
Heart of mine

[bridge]

Heart of mine,
Go back where you been
The only trouble with you
Is if you let him in
Don't let him hear
Don't let him hear where you're goin'
Oh, I'm tired of ties that bind
Heart of mine

[bridge]

Heart of mine,
So malicious and so full of guile
I give you an inch
And you take a mile
Don't let yourself fall
Don't let yourself stumble
Oh, do the time, don't do the crime
Heart of mine

Heart of mine...

Oh, oh, oh...

Heart of mine...



Dan, juga seperti seorang sahabat yang memberikan nyala semangat; yang bilang bahwa kau tak sendiri. Bahwa mimpi-mimpi akan membawakanmu bahagia, bersamanya.




"Rosie's Lullaby"


She walked by the ocean,
And waited for a star,
To carry her away.

Feelin' so small,
At the bottom of the world,
Lookin' up to God.

She tries to take deep breaths,
To smell the salty sea,
As it moves over her feet.

The water pulls so strong,
And no-one is around,
And the moon is looking down.

Sayin',
Rosie - come with me,
Close your eyes - and dream.

The big ships are rollin',
And lightin' up the night,
And she calls out, but they just her pass by.

The waves are crashin',
But not making a sound,
Just mouthing along.

Sayin',
Rosie - come with me,
Close your eyes and dream,
Close your eyes and dream,
Close your eyes and dream.



Yang kadang bersamamu mencari jawab. Tentang bahagia. Tentang kehilangan. Dan tentang sepi yang kadang bisa menggila.




"Carnival Town"

Round 'n round
Carousel
Has got you under it's spell
Moving so fast...but
Going nowhere

Up 'n down
Ferris wheel
Tell me how does it feel
To be so high...
Looking down here

Is it lonely?
Lonely
Lonely

Did the clown
Make you smile
He was only your fool for a while
Now he's gone back home
And left you wandering there

Is it lonely?
Lonely
Lonely


Dan, terkadang dia seperti mewujud dirimu, yang inginkan hari tiba-tiba saja menghilang, membawamu pada masa ketika langit mewarna, bukan lagi kelabu. Yang kadang tak ingin terperangkap lama dalam mimpi. Dalam mimpi yang hanya hitam putih. Yang kadang bilang, dia pun tak bisa sendiri, ingin kau ada dan genggam tangannya.



"Wake Me Up"

Wake me up when it's over,
Wake me up when it's done,
When he's gone away and taken everything,
Wake me up.

Wake me up when the skies are clearing,
When the water is still,
'cause I will not watch the ships sail away so,
Please say you will.

If it were any other day,
This wouldn't get the best of me.

But today I'm not so strong,
So lay me down with a sad song,
And when it stops then you know I've been,
Gone too long.

But don't shake me awake,
Don't bend me or I will break,
Come find me somewhere between my dreams,
With the sun on my face.

I will still feel it later on,
But for now I'd rather be asleep."



Dan, terkadang, aku biarkan saja dia bercerita. Tentang sesuatu yang tak seharusnya pernah kau khianati, kepercayaan, misalnya. Tentang apa saja. Tentang dunia.
Tentang segala.


"Things You Don't Have To Do"

I walk down the diamond studded concrete canyon
Nobody looked me in the eye
Tried to fly to the moon
Only made it to the sky
I was looking, looking for
I couldn't find a friend
Searching for a clear connection
Without a digital send

Ain't it just a little scary sometimes
To find the lies that you know to be true
I'll find you smiling about
Things you don't have to do

Bill doesn't call me anymore
I hear he's found religion
Big haired blonde apprentice beautician
And all the words and gesticulations that came before
Don't seem to mean a thing
You can feel fine to drop a dime
If you're ever hanging by a string

Ain't it just a little scary sometimes
To find the lies that you know to be true
I'll find you smiling about
Things you don't have to do

I hear voices crying out
Echoes on the boulevard
Contentious rambling incantations
Of some senile bard
There's too much going on around here
To keep my head from spinning
And this constant acceleration
Blurs any ties to the beginning

Ain't it just a little scary sometimes
To find the lies that you know to be true
I'll find you smiling about
Things you don't have to do



Tentang cinta, lebih seringnya. Tapi, kau tahu, aku menyukainya. Mendengarkannya, seperti mendengarkan seorang sahabat. Yang kadang memberimu waktu untuk bertanya, tentang sesuatu yang kadang tak terbilang, yang tak kau pahami, tetapi sebenarnya kau pahami, sesuatu yang perlu kau tanyakan, kepada hatimu.


"Not Too Late"

Tell me how you've been,
Tell what you've seen,
Tell me that you'd like to see me too.

'cause my heart is full of no blood,
My cup is full of no love,
Couldn't take another sip even if I wanted.

But it's not too late,
Not too late for love.

My lungs are out of air,
Yours are holding smoke,
And it's been like that now for so long.

I've seen people try to change,
And I know it isn't easy,
But nothin' worth the time ever really is.

And it's not too late,
It's not too late for love,
For love,
For love,
For love.



:)


p.s. I owe her pics!

Monday, October 11, 2010

tanda cinta

dan, aku selalu menemukan banyak tawa,
dan tak akan pernah kehilangan tawa meski kadang tak bisa menggapai-ku di angkasa.
terima kasih. :)








Saya dan Chizumi


Hei, ini dia Chizumi, si merah yang menemani saya sejak maret lalu. Senang punya Chizumi karena jarak kantor jadi terasa lebih dekat, dan lebih hemat, pastinya. ;)

Dalam enam bulan ini... udah banyak yang kami alami. Hari pertama, di parkiran, dia sudah jatuh menimpa motor-motor di sebelahnya, sekitar empat lima motor. Standarnya berdiri di tanah yang tidak rata, jadi begitulah yang terjadi. Saya tak bisa menahan beratnya dan ia jatuh dengan mirisnya. Ujung setangnya menggores jok salah satu motor rekan kerja saya.... (jadi ga enak banget... tapi untungnya orangnya tidak mempermasalahkan). Untunglah, ada teman yang membantu Chizumi kembali berdiri tegak. Sejak saat itu, saya selalu parkir dekat pos satpam agar tidak terjadi hal seperti itu.


Lalu, Chizumi juga beberapa kali terpeleset saat saya memasukkannya. Lantai ubin sesudah hujan memang tidak cocok buatnya.

Lalu, saat saya sedang jalan hati-hati, kami ditilang polisi saat memutar arah di tempat (yang ternyata ada tanda dilarang memutar) yang biasa dijadikan tempat memutar oleh orang-orang di jalan itu. Sialnya, saya tidak tahu, dan lebih sialnya lagi, ada polisi. Jadilah kami ditilang. :(

Pernah juga saya dan Chizumi nyasar di tengah hujan, malam-malam pula. Yang paling menyedihkan, saya dan Chizumi pernah tabrakan dengan motor lain... Kali itu, bukan salah saya karena si mbak yang di motor dari arah berlawanan arah itu yang mengambil jalur saya. Sepatbor alias sayap roda Chizumi retak-retak dan tergores.



Setangnya miring dan harus dipres di bengkel. Ah, kasihan banget, padahal usianya baru itungan bulan. Udah banyak banget yang dialaminya...

Kali lain, pernah juga Chizumi saya ajak masuk jalan tol. Dan, pernah juga saat saya memutarnya di depan kosan, ransel saya menyangkut di sambungan paralon air. Alhasil, paralon itu patah dan air muncrat sana sini. Chizumi basah-basahan kena cipratan air itu, sementara saya berlindung alias ngumpet di dapur biar nggak ikutan basah--soalnya, udah mau berangkat kerja.

Dan, hari ini, uh... Chizumi kasihan banget... Dia ditimpa orang yang jatuh gara-gara digebukin dan ditendangin orang. Tadi pagi, saya dan Chizumi berjalan dengan hati-hati. Hari masih cukup pagi. Lalu, di tengah jalan, kami melihat ada orang yang terbaring di trotoar, ternyata habis tabrakan. Tampaknya tidak terlalu parah dan jalanan tidak terlalu macet.

Lalu, sampailah kami di daerah sebuah stasiun. Di depan, beberapa meter lagi, kami akan berbelok dan memasuki jalanan yang cukup bersahabat--jalanan kampung, istilah saya. Namun, ternyata agak macet. Saya pikir, tak ada apa-apa karena memang sering macet di sana. Namun, tak lama, diketahuilah bahwa ada tabrakan.

"Ah, udah dua aja tabrakan hari ini," kata saya dalam hati, berusaha hati-hati. Kemacetan itu dipenuhi suara klakson. Saya berusaha sabar karena kasihan pada korban. Mobil yang memotong jalan itulah yang menyebabkan jalanan macet. Dia memotong tajam. Tapi, saya tidak tahu mana yang menabrak dan mana yang ditabrak.

Lalu, muncullah seorang laki-laki dengan muka yang berdarah-darah. Dia hanya memakai kaus dan celana pendek. Deg! Hati saya tidak enak. Dia melintas di depan saya dan Chizumi. Lalu, berhenti. Saya melihat celah untuk bergerak, tapi tidak ada. Lalu, ngocehlah orang itu. "Lapor polisi sana. Gue nggak takut!" kata dia dengan nyolot. "Iya, gue bakal tanggung jawab. Gue nggak takut," lanjutnya ngoceh. Dan, saya tak tahu lagi apa yang dia ocehkan.

Tiba-tiba saja, seorang pria lengkap dengan helm dan jaket ala bikers menendang orang yang berdarah-darah itu. Lalu, secepat kilat, terjadilah pukul-pukulan dan tendang-tendangan (semua orang jadi kalap dan ikutan terlibat dalam perkelahian nggak penting itu), dan semakin mendekati saya dan Shizumi... Saya panik (plus ketakutan, hiks) dan mencari celah untuk bergerak. Tapi, ternyata tak ada.

Dan, tanpa diduga, orang yang ditendang dan dipukulin itu jatuh dan menimpa motor saya. Saya refleks melepaskan motor itu dan meloncat. Saya tak ingat jelas kejadiannnya. Yang saya tahu, Shizumi sudah jatuh dan orang itu menibannya. Dan, saat itu, orang-orang masih menendangi si orang--sialan--itu.

Saya hanya bisa berdiri dan ketakutan. Dan, berusaha mencari pertolongan, tapi tak ada. Jadilah saya pasrah. Cukup lama kejadian itu. Lalu, datanglah orang melerai. Saya tak menyimak. Yang saya tahu, orang sialan itu sudah berdiri dari motor saya. Lalu, dengan sedikit gemetar, saya mendekati Chizumi yang terkapar. Lalu, seorang pria yang cukup baik hati membantu saya mendirikannya. "Langsung jalan aja, Mbak," katanya. Dengan tergagap, saya menyalakan starter, tapi tak bisa.

Lalu, saya berusaha menstarter lagi. "Iya, langsung jalan aja, Mbak," ulangnya, semakin membuat saya panik. Saat itu, saya tidak menyadari keadaan di sekeliling. Dan, kalaupun Chizumi kenapa-napa, tidak mungkin saya menuntut orang-orang yang berantem itu, yang uh, sangat-sangat sialan itu.

Saya mencoba menstarter kembali, tetapi tak bisa. Saya semakin kalut dan menyadari bahwa tangan saya gemetar. Lalu, dengan tampang yang hampir menangis, saya melihat ke orang yang membantu tadi, "Gak bisa nyalaaa...," kata saya memelas.

Orang itu mencoba menyalakannya. Sekali dua kali. Untungnya, starteran ketiga, Chizumi menyala. "Langsung jalan aja, Mbak," kata orang itu. Saya kebat-kebit di tengah huru-hara nggak jelas itu. Dan, sambil melajukan Chizumi, mata saya berkaca-kaca di balik helm fullface saya. Campuran kesal dan rasa takut. Dan, saya tidak bisa melampiaskan kepada siapa-siapa.


Saat saya lajukan, setang motor itu terasa sedikit bermasalah, mungkin bengkok lagi... Ah, saya seperti menjadi pelanduk di antara dua gajah yang bertarung. Huhuuu... Dalam perjalanan yang masih cukup jauh ke kantor itu, saya menahan-nahan perasaan saya. Dan, sempat berpikir, harusnya saya menitip satu tendangan buat orang itu tadi...

Lalu, sampailah saya di kantor.... Di tempat parkir di pos satpam, saya mengecek Chizumi. Dua orang Pak Satpam yang baik hati menanyakan saya kenapa. Lalu, dengan terbata-bata, saya menceritakan kejadian itu. Saat itu, saya masih berusaha menahan air mata meski sepertinya sudah ada yang mengalir. Pak Satpam mengurus Chizumi, "Udah..., masuk dulu, Wied, minum dulu," kata mereka dengan baiknya....

Dan, saat masuk ruangan, saya menceritakannya kepada tetangga kubikel saya. Dan, saat itu, air mata tak lagi tertahan. Huhuuhu. Saya kesaaaal dan ketakutan sendirian...

Ah, entahlah, seperti yang pernah saya tuliskan, saya merasa usia memakan keberanian saya sedikit demi sedikit.... Dulu, saya berani berantem dengan cowok. Ah, tapi, itu ketika saya SMP. Dan, itu sudah, hmm, sekitar 15 tahun lalu. Ah, benar saja. Usia memang diam-diam menggerogoti keberanian saya, perlahan-lahan....

Friday, October 08, 2010

namanya siapa ya?

"Yang nikah tgl 9 dan 10 oktober harap menyewa pawang hujan!" tulis Nulur di status YM-nya. Lalu, isenglah saya menyapa sahabat saya itu. :)
[o] Anda saat ini tampil offline ke NuLur!.

iwied_bae: emg lo reseller pawang ujan?
iwied_bae: :))
NuLur!: :))
iwied_bae: eh, terima imel gw ga?
NuLur!: kesiaaan yg nikah besok. ntar gue gak dtg gara2 ujan lagii
NuLur!: terima2
NuLur!: belon dibuka...baru nyampe
iwied_bae: oh, km br sampe
iwied_bae: dah ujan di depok?
NuLur!: udaaah.....
NuLur!: menduuung banget
NuLur!: tadi pan gue naek taksi akhirnyaa
NuLur!: males banget kalo ujan2an
NuLur!: :))
iwied_bae: oh... tak kira kamu sama si betty
iwied_bae: :P
NuLur!: keujanan muluuu
NuLur!: kesian, belon dimandiin pulaa
NuLur!: kesian banget tuh betty
iwied_bae: hehe, gw juga tuh
iwied_bae: si --ah, gw ga punya namanya, lur
iwied_bae: sapa dunk?
NuLur!: si si si ahmad?
NuLur!: :))
iwied_bae: :(
iwied_bae: masa si ahmad? :(
NuLur!: tentukan jenis kelaminnya dulu
iwied_bae: :((
NuLur!: motor lo betina apa jantan?
iwied_bae: betina aja de
iwied_bae: :)
iwied_bae: si sally aja ya
iwied_bae: :)
iwied_bae: biar mirip2 ma lo
iwied_bae: :)
NuLur!: sally mah nama sepeda gue
iwied_bae: oh, udah ya?
iwied_bae: :(
iwied_bae: :((
NuLur!: :))
iwied_bae: mary jane?
NuLur!: wiwid aja biar sama kayak lo
NuLur!: candy candy
iwied_bae: Diiih
iwied_bae: bagusan si candy apa si mary jane?
NuLur!: mending candy ato pansy
NuLur!: mary jane kesannya merana
iwied_bae: candy aja ya biar terdengar lbh ceria
iwied_bae: iya, beetuuul
iwied_bae: oke, i got it
iwied_bae: :)
NuLur!: candy-candy
NuLur!: temennya candi sapa namanya?
iwied_bae:
NuLur!: ato usagi tsukino?
iwied_bae: ah, jangan susah2
iwied_bae: temenny candy, si any
NuLur!: jangan any aah...biasa banget
iwied_bae: iya, kan udah dapet candy-candy
iwied_bae: bisa dipanggil candy, secara singkat
iwied_bae: :)
NuLur!: tapi...tapi...gue inget sinetron candy
NuLur!: :))
iwied_bae: yaaaah
NuLur!: coba kalo gak ada tuh sinetron
iwied_bae: lo kok bikin imej-ny jelek siiii?
iwied_bae: :(
NuLur!: gue pasti seneng deeh
iwied_bae: candy-candy aja de
NuLur!: yg tokoh balet aja
iwied_bae: jd ga merujuk k sinteron
NuLur!: sapa namanya?
NuLur!: rumah kaca
NuLur!: pangeran kaca?
iwied_bae: eh, gw nulisnya "sinteron"?
NuLur!: :))
iwied_bae: :))
NuLur!: sape tuuh komik yg lo seneng banget
NuLur!: pangeran kaca?
NuLur!: rumah kaca?
NuLur!: sepatu kaca?
iwied_bae: maya kitajima
NuLur!: topeng kaca?
iwied_bae: topeng kaca
iwied_bae: iya
NuLur!: naaah itu ajaaa
NuLur!: si maya kitajima
iwied_bae: maya kitajima (?)
NuLur!: :-pd
iwied_bae: apa bidadari merah?
iwied_bae: :(
NuLur!: bidadari merah kepanjangan
iwied_bae: tapi, candy-candy terdengar semangat n ceriaa
NuLur!: susah nyingkatnya
iwied_bae: klo candy-candy, nti disingkat CC?
iwied_bae: hahahaha
NuLur!: jangan CC, kayak 60CC
iwied_bae: :))
NuLur!: 60 Cycle Community
iwied_bae: eh, maya kitajima apa candy-candy, luuur?
iwied_bae: :-/
NuLur!: artemis ajaa
NuLur!: laptop gue namanya lupita lopez
NuLur!: :))
NuLur!: maya kitajima ajaa
iwied_bae: bagus si artemis, tp kurang gw banget
iwied_bae: ;p
NuLur!: emang lo gimana seeeh?
iwied_bae: gw si maya kitajimaaaa ama candy-candy
iwied_bae: hhehehhe
NuLur!: ini ajaaa...yg chizumi ama fujiomi
NuLur!: yg serial cantik kereeeen ituuu
NuLur!: gak ada lagi yaa tuh ceritanyaa
NuLur!: yg cewek namanya siapa?
NuLur!: chizumi ya? cowoknya fujiomi?
iwied_bae: iyaaa
iwied_bae: chizumi
iwied_bae:
NuLur!: itu juga kereeen
iwied_bae: doh, lo bikin gw tambah bingung de
iwied_bae: uuuh
iwied_bae: :(
iwied_bae: maya kitajima, candy-candy, atau chizumi?
iwied_bae: klo ngomongnya enakan chizumi ya
iwied_bae: :)
iwied_bae: gw putusin chizumi aja, lur
iwied_bae: hihii
iwied_bae: =D>
iwied_bae: <:-P

NuLur!: lo kayak kasih nama anak baru lahir aja

NuLur!: :)) NuLur! sedang mengetik...

NuLur!: chizumi aja biar okeee

iwied_bae: hahahha

iwied_bae: iyak

iwied_bae: sip, chizumi ya. iwied_bae: dia juga gw banget tuh

iwied_bae: hihii

iwied_bae: :P

iwied_bae: makaci, nuluur


Oke, mulai hari ini, motor matic saya yang berwarna merah itu bernama Chizumi. ^_^

Nanti, saya kenalin ya sama dia. Lagi ujan-ujanan tuh dia luar, di parkiran kantor. kasiaan. :(


eh, nulur masi lanjutin obrolan ternyata. :p


NuLur!: trus, pasangan fujiomi dooong
iwied_bae: iya, nti klo ada lagi ya
iwied_bae: :D
iwied_bae: hmm... gw punya apa ya?
iwied_bae: laptop? laptop gw aja ya namanya fujiomi.
iwied_bae: gmana?
NuLur!: naaah boleh jugaaa
iwied_bae: klo gw punya sepeda, nti tukeran nama aja ma laptop gw
iwied_bae: hahaha
NuLur!: berarti laptop lo cowok yaa?
iwied_bae: :D
NuLur!: warnanya item?
iwied_bae: iyaaa
iwied_bae: item
iwied_bae: :)
NuLur! sedang mengetik...
NuLur!: cocok daaah tuuh
iwied_bae: iya, tp pengenny namain fujiomi ke sepedaa
iwied_bae: :)


Hmm, buat sekarang, fujiomi itu nama laptop saya aja deh. kan bisa bareng-bareng sama Scizumi klo dibawa dalam tas. Horeee. Hari ini, dalam waktu singkat, saya dan Nulur menemukan dua nama. Ah, saya lanjutin ngedit lagi de, ngedit naskah "Nama-nama Indah untuk Bayi". haha, ternyata, percakapan saya dan Nulur tidak melenceng dari pekerjaan. Jadi, bisa dibilang, lagi kerja juga tuh pas lagi chat tadi. *biar ga merasa bersalah. haha* ;P


eh, si Nulur masih lanjutin obrolan toh. td, diem aja. kirain udah mulai ngedit berita di salah satu harian nasional itu.

NuLur!: baguuuus!
NuLur!: gue dukung!
NuLur!: :-bd
iwied_bae: hahaha, kan chatingganny gw posting di blog
iwied_bae: hahahaaa
iwied_bae: :D
NuLur!: sumpeeeeh looo?
NuLur!: :O
NuLur! sedang mengetik...
NuLur!: yg bego2 jugaaa?
iwied_bae: hahahahaaa
iwied_bae: :D :D

p.s. Nulur, ga bego-bego amat kok, lur. haha. :D

my best friend's wedding [1]

Jika suatu hari bocah kecil kalian bertanya bagaimana ayah dan ibunya bertemu, ajaklah ia ke pondokku, mungkin berada di tepi danau atau di antara padang ilalang yang hanya muncul saat petang. Aku akan mendongengkannya. Kisah indah kalian. Kisah perjalanan panjang kalian. :)


Aku juga akan menceritakan kisah panjang kita. Perjalanan-perjalanan dan tentang doa-doa yang menjelma. Juga tentang tawa kita.




Ah, mungkin, akan kuselipkan juga tentang tangis kita, bolehkah? Hanya biar ia tahu, bahwa kelak, air mata akan menyirami kelopak-kelopak harapan, menjelmakannya menjadi bahagia.


Dan, akan mengekal dalam bingkai kenangan; yang tak akan pernah beranjak dalam sudut paling teraman kapsul waktu--kotak bahagia kita--yang tak akan kita lupakan, meskipun usia dan senja telah saling menyapa. Semoga. :)




Thursday, October 07, 2010

me and anak tudung

hei, hei. sebenernya, saya ingin menuliskan cerita "my best friend's wedding". tapi, belum sempat. ;( kemarin baru satu paragraf. tapi, belum dilanjutkan lagi. sepertinya, saya butuh waktu semalaman, bahkan mungkin beberapa malam untuk menuliskan kisah kebersamaan kami (dalam artian benar-benar bersama, berdua ke mana-mana, dan disebut si kembar. :) dan sejak kami jadi teman sekamar sejak lulus kuliah, empat tahun lalu, kami menyebut diri kami "teman-dua-puluh-empat-jam"), selama, hmm, sekitar sembilan tahun, dan hampir sepuluh tahun... dan, butuh berparagraf-paragraf, dan beribu-ribu kata... ah, saya sangat ingin menuliskannya. tapi, belum sekarang. tapi, (pasti) akan saya tuliskan. ^_^




oh, ya, sekarang, saya lagi senang pake kerudungan dengan ciput arab/mesir. bikin anak rambut ga muncul di sana-sini. kata teman saya, enchit--yang lagi ada di singapura--di sana, dalaman ini disebut anak tudung--lucu sebutannya. :) saya juga tahu tentang anak tudung dari enchit. meski belum tahu bentuknya, kebayang anak tudung bakal nyaman dipakai, seperti yang enchit ceritakan. lalu, bersemangatlah saya untuk punya anak tudung.





awalnya, saya pengen nitip anak tudung sama temen saya itu--yang, psst, dari dulu jadi idola saya dan gita dalam cara pakai jilbab. :D. jadi, saya berharap-harap, enchit akan pulang ke Indonesia dengan membawa anak tudung. tapi, suatu hari, saya mengetahui bahwa ternyata anak tudung juga banyak dijual di sini (dan udah difilmin di kcb dan di-sinetron-in juga sama si marshanda). haha, saya ke mana aja si? ;p karena sore itu saya kesal dengan dalaman jilbab saya yang tak nyaman, langsunglah saya searching online lewat hp. dan menemukan toko online-nya. seneng banget--tapi, ternyata, di itc juga ada loh. hehe. akhirnya, lewat toko online itu, saya dan teman-teman sekantor beli barengan biar lebih murah harganya (kami beli sekodi. ;p).




hmm, senang nemu anak tudung ini. biasanya, rambut saya suka ke mana-mana kalau pake kerudungan. belum lagi kalau dalamannya salah. sore-sore, dalaman kerudungan udah ga tau ke mana. belum lagi kalau saya abis pakai helm saya yang fullface itu. kadang, pas buka helm, jilbabnya udah berantakan. haha.

dengan anak tudung, pake kerudungan jadi semakin nyaman. :)



LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin