Penjual Kenangan

Sunday, May 13, 2012

[13/5]

hampir pertengahan tahun. dan, banyak yang bisa terjadi dalam setengah tahun lebih ke depan--bahkan, dalam satu-dua detik pun, banyak hal yang bisa terjadi.

saya sedang belajar banyak.
semoga memang tidak ada yang terlambat.
mari kita jalani hari-hari penuh karunia ini.
dengan semangat, dan tentunya syukur atasnya. ;)

Monday, May 07, 2012

kangen

ani, cipa, ante wied, lebaran 2011


kangen mereka berdua. hari ini, kak ani UN SD. semoga nilai kak ani bagus dan bisa masuk smp impiannya. :) dan, cipa... ah, kangen dia, dan cerita tentang kucing (kampung) peliharaannya. 

waktu seolah beterbangan. dan, tangan-tangan kecil kita tak bisa menangkapnya. pun bisa, tak dapat lama-lama kita tahan dalam tangkup kedua belah tangan kita. ia dengan cepat menyusup keluar melalui celah-celah jari.

waktu beterbangan....

sampai

suatu ketika,  
kita akan tahu bahwa sedikit pengorbanan dalam perjalanan lalu akan membawakan banyak bahagia di depan sana.




____
list-of-the-month
#misi-hari-ini: done! ;)
#misi-bulan-depan: berhenti langganan modem smartfren superslow ini!: ...on process....

apa pun mimpimu, percayalah, tak akan ada lagi yang akan mencurinya.

gambar di sini!


pada sepertiga malam, hujan mengetuk-ngetuk jendela.
melongokkan wajahnya, dia sedikit terkejut mendapatiku masih terjaga.

"ada kabar untukmu," katanya, pelan seakan-akan dia membawa rahasia terbesar dari yang pernah kudengar. "kau mau menebaknya?" dia tak bertanya, tetapi berharap aku melakukannya.

aku mencoba menebak melalui air mukanya, tetapi tak kutemukan apa-apa. ah, mungkin karena pikiranku pun menumpul karena kantuk yang mulai menjelang. aku menggeleng. "semoga saja kabar baik," sahutku mencoba memberinya senyum kaku. apakah aku menjelma mimpi buruk bagi semesta seseorang? mungkin, hujan tahu bahwa aku menyembunyikan pias di wajahku.

"ah, jangan takut begitu. ya, kabar baik, kau sungguh beruntung. kata-Nya, Dia masih dan selalu sungguh mencintaimu. apakah kau tahu?" tanya hujan menatapku kelu. aku tak berani balas menatapnya. aku mengangguk pelan--bukan karena ragu, lebih karena merasa malu. lalu, hujan mengibaskan jubah tipisnya, meninggalkan tempias di pipiku.

"ah, entahlah," katanya, "kalau kau terlihat seperti itu, kau seakan tak pernah tahu." suaranya begitu lirih, tapi jelas aku mendengar itulah yang dia ucapkan.

sepertiga malam. tak terdengar lagi suara hujan. sepertinya, kali ini, dia memang datang untukku.

dan, dengan alasan apa lagi aku mengingkari cinta-Nya? 'berkah mana lagi yang akan aku dustakan?'

kau tahu, aku deja vu. seperti menjajaki langkah-langkah bertahun-tahun silam. dan, mendapati diriku, sosok yang sama dengan yang kala itu. menjadi semacam mimpi buruk bagi malam-malam kelam. membuatku terpaku.
lalu, seperti kala itu, hujan mengetuk-ngetuk jendelaku, lalu ada yang menyusup pelan dari ujung-ujung jariku, meresap hangat ke sudut terjauh hati. nurani? ah, benarkah itu bisiknya? ia ingin aku menjaganya. tak lagi membuatnya luka. inikah semacam kesempatan kedua?

aku deja vu. atau apakah ini mimpi? entahlah. jika aku mendapati tulisan ini tetap ada esok pagi, ya, mungkin ini memang benar-benar terjadi. dan, jika ada sesuatu yang tak boleh kita lewati, kesempatan kedua adalah salah satunya, bukan? dan, inilah kesempatan untuk bukan menjelma menjadi mimpi buruk. aku tak ingin menjelma apa-apa, hanya menjelma diriku sendiri saja. aku pun merindunya. itu saja.

selamat pagi.
oh, hati, jika ada di luka yang tanpa kusadari menyusup dalam dirimu, semoga berkenan kau memaafkannya.

dan Kau, terima kasih atas Cinta. dan Semesta.... :)



[7 Mei 2012]

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin