Penjual Kenangan

Wednesday, July 18, 2012

Dilema Blurb (Novel)

gambar pinjam di sini!



Membuat usulan blurb (beserta judul dan tagline) untuk sebuah novel/buku yang akan diterbitkan itu termasuk ke dalam salah satu job desk editor di tempat saya bekerja. Menyenangkan, tetapi juga, hmm, membuat saya kadang memilih "sign out" dulu dari "peradaban" ruangan Bukune-Gagas--lalu berdiam diri di pojokan kubikel saya untuk memikirkan usulan blurb tersebut (plus judul dan tagline). Yup, butuh waktu seperti itu bagi saya untuk membuat usulan blurb (back cover) novel-novel yang saya tangani.

Blurb yang cuma tiga-empat paragraf yang ada di belakang buku--yang menjadi salah satu faktor penting untuk jadi "iklan" isi sebuah novel--memang terkesan singkat dan bisa dibaca dengan cepat. Namun, entah mengapa, membuatnya butuh waktu yang cukup lama bagi saya (belum lagi kalau usulannya ditolak. Hehe. XD). Oh, ya blurb (beserta judul dan tagline) yang saya usulkan akan dikirim ke redpel, lalu dikirimkan ke pemred untuk dicek. Nantinya, blurb, dkk, itu bisa diterima secara langsung (heaven!), bisa ditolak dan saya diminta membuat usulan yang baru, bisa juga redpel dan pemred merevisi dan memodifikasi blurb yang saya usulkan, dan bisa juga mereka membuatkan usulan yang baru. <--hihi, yang ini kadang bikin saya yang stag--yang kayaknya perlu install tesaurus di benak saya--sangat senang :))

Sebenarnya, saya punya waktu sejak naskah masuk dan dalam proses editing. Namun, saya termasuk orang yang butuh waktu tersendiri untuk membuat "kalimat-kalimat cantik" yang sesuai dengan isi tersebut. Dan, selama mengedit, mencari naskah, dan mengurus dsb, saya belum bisa "bersemedi" untuk memikirkan kalimat-kalimat yang pas.

Kadang, saat sudah menjelang tanggal deadline, saya belum menemukan kalimat-kalimat yang pas untuk dijadikan usulan blurb (beserta judul dan tagline), sementara usulan cover sudah terpilih. Oh, no! Dan, terkadang, "teror" deadline itu sih juga yang kadang bikin saya bisa cepat menuliskannya, kayaknya karena kebiasaan belajar dengan sistem kebut semalam. :p 

Namun, terkadang, kalau lagi blank dan dikejar deadline, saya mengambil beberapa kalimat dari postingan blog saya ini. Jadi, kalau kamu menemukan beberapa kalimat di blurb-blurb novel Bukune yang mirip dan sama dengan kalimat di postingan blog saya, hehe, ya itu memang dari sumber yang sama. :D 

Hal ini sempat terjadi juga pada sahabat saya, Gita Romadhona. Tadi, saat kami sedang "stres" membuat blurb, dia bilang kalau ada pembaca yang comment di blog-nya, bilang ada beberapa kalimat yang sepertinya berasal dari sebuah novel (yang memang blurb-nya dibuat oleh Gita). Namun, mungkin karena pembaca lebih tahu novel yang diterbitkan itu dan tidak tahu Gita bekerja di penerbit yang bersangkutan, mungkin ada pikiran bahwa tulisan di blog Gita "mengambil" kalimat dari blurb sebuah novel. Padahal, itu terjadi karena Gita-lah yang membuat blurb tersebut--dan, kadang kalau lagi stag or blank, atau kadang ceritanya memang pas, pilihan kami jatuh pada "mengambil" kalimat-kalimat yang sudah kami posting. Jadi, demikianlah dilema ini, Saudara-Saudara. :p

Sebelum Gita cerita tadi, saya sempat kepikiran juga kalau suatu ketika ada pembaca menemukan kalimat-kalimat yang sama dengan yang ada di blurb novel Bukune, jangan-jangan jadi mikir saya "mencuri" kalimat orang lain. Jadi, karena hari ini sedang "galau"* dengan blurb dan nunggu usulan blurb yang sudah direvisi di-ACC, sekalian saja posting ini. 

But, honestly, saat novel itu terbit, kami (saya dan Gita) senang ketika kembali mendapati kalimat-kalimat yang kami tulis untuk blurb novel itu. Juga senang ketika mendapatimu ikut merasa jatuh cinta ketika membacanya. :)


*sedang galau karena usulan blurb (juga usulan judul) novel yang terbit bulan ini belum ada yang disetujui, sementara deadline baru sudah di atas meja. Y_Y 
semoga yang barusan dikirim disetujui.... *berdoa di pojokan kubikel*

Monday, July 02, 2012

Rana

Setiap saat bersamamu adalah kebahagiaan. 
Membuatku takut. 
Kesempurnaan sering kali mempunyai kekosongan di dalamnya, bukankah begitu?

Kau, jangan lagi berjalan di sisiku--meski hangatnya rasa bahagia menyusup dengan begitu kentara.
Namun, aku tahu, aku tak bisa menyembunyikan ketakutan ini selamanya, di mataku....

"Bagaimana jika kau hanya bisa jatuh cinta sekali dalam hidupmu?"

Kau telah lama tahu, aku tak akan pernah bisa menjawab tanya yang kau lirihkan pada malam itu.





--Rana, #SebuahNovel

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin