Penjual Kenangan

Monday, January 31, 2011

Mencuri Gambar ;)

Saat berkunjung ke kamar seorang perempuan dengan rambut lurus yang jarang sekali melebihi kerah bajunya, saya menemukan gambar-gambar yang bikin saya tidak tahan untuk tidak mencurinya. :p





Kuas dan Pensil Gambar yang Bikin Saya IRI! :(



Hahaha, kocak nih orang yang nulis, ;))

Ck ck ck. Lama-lama nih orang bisa kena bulimia. :p

Eh, beneran tuh orang beratnya 57? Masa sih? Kan dia sering sepedaan? :-/

Waa... kayaknya nih orang mesti diawasi. Wkwkwk. 



P.S.
nulur dear, terima kasih tetap menjadi musim semi, yang selalu membawa bahagia. ^_^




Wednesday, January 26, 2011

Telur Asin (Asli Brebes)



Saya penyuka telur (sangat), tapi entah kenapa tidak terlalu suka telur asin (meski itu dibawa dari Brebes, daerah aslinya). Mungkin, karena kebanyakan telur asin dibikin dari telur bebek kali ya. Bebek kan polos-polos gitulah. Jadi, kasihan kalau udah dimakan dagingnya, eh telurnya dimakan juga. Hehe. Saya tidak suka karena asin dan rasa kesatnya itu loh kurang pas di lidah saya (lah, itu kan yang khas dari telur asin ya? :D)

Padahal, katanya, telur asin itu bergizi tinggi--sementara, kayaknya, saya kekurangan asupan gizi nih. Jadi, mungkin, saya harus membiasakan diri untuk menyukai telur asin, mulai menyukai hal yang tidak/kurang saya sukai--mungkin, ada banyak keajaiban di sana. :) Lagi pula, bikin telur asin kan nggak kayak telur ceplok atau rebus atau dadar yang bisa dalam selemparan batu, kalau dalam hitungan jarak. Konon, telur asin (yang asli dan dibuat secara sederhana) itu diperamnya selama 14 hari. Lama banget, ya, sementara makannya sekedipan mata--bagi yang suka.

*Duh, nulis apa sih ini, nggak jelas. Mungkin, ini gejala stres karena editan nggak kelar-kelar. :p* 

Ini ada link cara bikin telur asin (di sini ya). Jadi inget waktu SD pernah bikin telur asin buat pelajaran di sekolah--pelajaran keterampilan kalau nggak salah. Kalau nggak salah (lagi), waktu saya kelas empat SD--serasa ribuan tahun cahaya yang lalu mengenang anak kecil yang sudah mulai sering kesiangan dan mulai hobi nyasar itu *sigh*.


[Happy Tuesday! Semoga doa-doa tadi malam dikabulkan. Amiin. ^^]

Wednesday, January 19, 2011

ketika purnama sedang samar di langit-Nya

|dalam sebuah perjalanan, tak perlu risau jika kau lewati satu-dua persimpangan sebelumnya. masih ada persimpangan lain di depan sana. dan, di setiap ujung persimpangan itu, ada bahagia--jika itu yang kau cari. jalan bahagia selalu bermuara di setiap persimpangan-Nya. asal kau percaya. (^_^)|



bisa kau sebutkan alasan mengapa kita harus takut kehilangan, sementara tak ada yang kita miliki?
tak perlu tulisan panjang. hanya satu dua alasan dengan kalimat singkat, dan mungkin selembar Post-it! saja sudah cukup untuk ruang bagi beberapa kata yang kau rangkai jadi kalimat itu.
tak perlu panjang-panjang. 
kita tak perlu banyak alasan, bukan? karena alasan hanya akan menjadi sebuah perdebatan kosong. seperti percakapan-percakapan dalam opera sabun yang makin hari makin membuat kita jengah dengan kerutan dalam di dahi.

kau tahu, tak ada yang kita miliki. jadi, kenapa kita bisa kehilangan, bukan begitu?
di kepalaku menganga lubang besar akan kebingungan tentang hal yang sudah jelas-tak-perlu-diperdebatkan-ini.
jika kau temukan alasannya, tak mengapa. 

tapi, harap sampaikan pesanku kepada dia yang merasa kehilangan, 
"perjalanan bukan hanya tentang satu dua persimpangan. dan, yakinlah, ketika kau tak bisa kembali ke persimpangan yang terlewatkan, memang seperti itulah cerita dalam sebuah perjalanan: menemukan dan melewati persimpangan. satu-dua, bahkan tiga pesimpangan. dan, setiap persimpangan akan selalu punya cerita. kau hanya berhak mengabadikannya, bukan memilikinya.

kau tahu, seperti di dalam cerita negeri ajaib yang Alice datangi, 'Setiap jejak, setiap jalan, dan setiap persimpangan milik-Ku,' kata sang Ratu. dan, begitulah adanya. akan selalu ada bahagia dalam setiap persimpangan, jika itu yang kau cari. jadi, buat apa merasa kehilangan, toh kau tak memilikinya, bukan? seorang bocah kecil saja tahu bagaimana rasanya ketika ditanya apakah ia merasa kehilangan ketika kehilangan sebuah mainan yang tak pernah ia miliki? kau tahu, ia akan katakan bahwa ia tak pernah merasa kehilangan dalam hal itu--tentu saja begitu. 

setiap persimpangan, di ujungnya selalu ada bahagia. teruslah berjalan. jangan hentikan langkah hanya karena kau kehilangan satu-dua persimpangan yang telah kau lewati. lupakan saja. ada persimpangan lain di depan sana. lalu, pilih persimpangan yang ada di perjalananmu itu, tak perlu ragu. dan, percayalah: jalan bahagia selalu bermuara di setiap persimpanganNya."


lalu, mengapa kita harus takut kehilangan, sementara tak ada yang kita miliki?
mengapa kita harus takut kehilangan, sementara tak ada yang kita miliki dan sang Ratu telah mengakui bahwa Dia-lah yang memiliki semua itu?
tapi, jika kau temukan alasannya, tuliskanlah. aku akan membacanya. mungkin, hanya akan membacanya







[bulan menjelma sempurna di langit, samar. malam melarut dalam pusaran waktu yang menghening. mungkin, ada pula orang yang tak menemukan kata yang tepat untuk saling mengucapkan salam tidur. dan, katanya, bumi semakin menua--semoga ia semakin bijak, bukan pelupa]

Tuesday, January 18, 2011

Ingin Menjelma si Tudung Merah :)

Suatu hari, saya ingin mempunyai jaket berwarna merah dengan tudungnya yang berwarna merah pula. Biar seperti Little Red Riding Hood. :)




Tapi, sayangnya, saya tak punya nenek lagi, yang bisa saya kunjungi. 
Oh, ya, kalau bicara tentang nenek, saya jadi ingat nama kakek saya dari pihak bapak (almarhum).
Konon, kakek saya itu bernama Kundang.

Dan, dulu, di rumah kami, ada kaset yang berisi lagu tentang Malin Kundang yang disebut-sebut durhaka kepada orangtuanya. Kata kakak-kakak saya, kabarnya, dulu, bapak saya--Abak, begitu kami menyebut beliau--sangat tidak suka kalau kaset itu disetel oleh anak-anaknya. Hatta, beliau jadi teringat kepada sang Ayah--kakek saya itu--yang tak durhaka, yang telah lama tiada.

Kakek saya itu... bernama Kundang. Mungkin, ia seorang yang dekat dengan tempat ikan-ikan baru dikeluarkan dari laut karena Abak juga sangat akrab dengan dunia itu. Kakek saya, mungkin ia.... Ah, sebenarnya, yang saya tahu hanyalah beliau bernama Kundang. Rupanya, saya terlalu cepat melangkahkan kaki dari rumah masa kecil itu hingga tak sempat mendengarkan cerita sebelum tidur yang lebih banyak lagi. Tentang si Kancil, mungkin tak apa jika saya lewatkan. Tapi, tentang Kakek Kundang? Ah, menyesal saya lewatkan itu. Saya jadi tidak bisa bercerita banyak tentang Kakek Kundang yang tak pernah saya temui. Malangnya, tidak pernah pula saya ketahui cerita asal usulnya. Saya tidak pernah mengobrol banyak dengan Abak tentang bagaimana awal mula akar keluarga kami menjulur hingga tiap-tiap ujungnya menjadi bunga, bahkan lalu menjadi buah. Dan, ternyata, ia begitu cepat juga melangkah dari dunia ini--mungkin, terlalu cepat dalam hitungan usia saya yang baru mau masuk kelas lima sekolah dasar. Yang pada saat itu, berarti, saya sudah empat tahun meninggalkan rumah kelahiran saya. Merantau.

Ah, ternyata saya (memang) seorang perantau--jadi ingat dengan judul sebuah kumpulan cerpen pengarang favorit saya, Gus tf Sakai, yang tinggal di Payakumbuh, di tempat akarnya tumbuh. :) (Dan, pastinya, dia tahu banyak tentang kakeknya.)

Ah, bodohnya saya. Ternyata, saya sangat bodoh selama ini.
Menjadi perantau yang terlalu sibuk menghitung usia sendiri.
Terlalu sibuk menjadi perantu kanak-kanak yang bingung menyamakan logat.
Terlalu sibuk menjadi perantau remaja yang meleburkan diri supaya tampak tak berbeda.
Terlalu sibuk melangkah menjadi perantau dewasa agar punya warna yang sama.
Terlalu sibuk, hingga tak lagi mengenal, bahkan sedikit tahu, di mana dan bagaimana asal akar itu tumbuh.


--di antara sore, ketika kunang-kunang sedang berkarnaval di kepala, ketika mencoba memaksa datang ke tempat kerja setelah matahari sudah tinggi, ketika kasur di kamar masih basah diguyur hujan dini hari tadi. :) 


gambar di sini!

Friday, January 14, 2011

RENDANG-AHOLIC [1]


Rendang salah satu makanan favorit saya--bukan hanya karena saya orang Minangkabau--karena makanan ini kaya dengan rasa. Kaya dengan bumbu-bumbu warisan leluhur. Setiap Lebaran, rendang selalu ada dalam jumlah banyak di rumah (kakak-kakak saya). Jadi, tidak berlebihan kalau setiap Lebaran, saya panen (ransum) rendang dan akan selalu memilih lauk ini jadi makanan saya sepanjang minggu selama Lebaran itu. Dan, hebatnya, tak bosan-bosan!

Kalau saya punya stok rendang di kosan, makanan khas Sumatra Barat itu akan selalu menemani piring saya. Dan, kadang, karena tak tahan menunggu waktu makan, saya akan mengudapnya--makan tanpa nasi--alias jadi camilan. :p Bisa dibilang, saya RENDANG-AHOLIC. Seperti halnya shopaholic, makan rendang juga terasa jadi "kebutuhan" dan terasa sangat menyenangkan. Wow! :)

Namun, saya termasuk orang yang pilih-pilih dalam makan rendang. Seperti shopaholic, tentu saja tidak semua barang yang ia suka. Hanya barang-barang yang ia anggap "tak-akan-ada-lagi-yang-seperti-ini-di-tempat-lain" alias langka atau barang "berkualitas" dalam sudut pandangnya. Jadi, bisa dibilang, saya RendangAholic tingkat tinggi. Hehe. Kalau beli makan di rumah makan ala Padang yang saya "cap" enak, saya tidak akan lupa bilang, "Pakai bumbu rendang ya, Da/Ni." :)

Dan, RENDANG masakan yang berasal dari dapur ini jadi salah satu FAVORIT saya. Sejak saya usia kelas lima esde, saya sudah menikmati lezatnya rendang yang dibuat sang "Koki" di "dapur nyaman"--begitu kini dapur itu disebut. Kalau sudah habis dagingnya, bumbu-bumbunya yang sudah bewarna kehitam-hitaman itu pun pantang saya tinggalkan. Bumbunya aja enak, apalagi dagingnya. :P

Setiap lebaran, saya pasti ke rumah ini. Dan, makanan yang disajikan pasti selalu menggiurkan selera. Dan, bisa jadi lupa yang lain karena asyik menikmati makanan lezatnya, terutama RENDANG.

Lebaran kemarin, saat yang lainnya masih asyik menikmati kue-kue di ruang depan, saya dan gita--sahabat saya--menyelinap duluan ke ruang sebelah, yang dijadikan rumah makan. Dan, diam-diam, kami makan duluan daripada yang lain. Dan, tentu saja, RENDANG ada di meja itu.




Dan, wow! Saat melihat fotonya, saya baru sadar, kami tampak begitu serius dan seperti takut kehabisan lauk itu. Haha. Itu efek rasa rendang yang begitu lezat--seperti efek yang bisa membuat Anda lupa masalah-masalah yang ada, juga masalah dalam urusan cinta, mungkin. :p #RendangPadangHebat!





Pssst, mau coba juga ENAKnya RENDANG dari Dapur Nyaman itu? Langsung saja mampir ke serambi Rendang Padang Enak ya.

Uni, Uda, sanak sadonyo, caliak-caliaklah dulu di teraih blog-nyo itu. Kalau nandak tau rasonya, buliahlah dipasan RANDANG-nyo ka Uni Desi. Bisa juo ma-add Uni tu di YM-nyo di rendangmama@yahoo.com untuk batanyo-tanyao labaih banyak.

--terjemahannya: nggak terlalu susah kan bahasanya? Maksudnya si: liat blognya. trus, klo mau pesan, langsung saja ke Desi atau add di YM klo mau tau lbh banyak. :p

#foto: koleksi pribadi waktu Lebaran kemarin. :)

Roller Coaster vs. Ferris Wheel



Tepat pada 12 Januari kemarin, seorang sahabat karib merayakan hari lahirnya.
Ia menjejaki usia saya yang sekarang--yang hampir saya tinggalkan juga. (Usia yang akan dijejaki juga oleh dua sahabat karib saya yang lain pada Mei dan Juni nanti.)


"Kau tahu," tulis saya dalam pesan pendek pada harinya lahirnya itu, "aku pernah menjejaki usia yang mulai kau jejak hari ini. Dan, rasanya, sedikit menegangkan. Seperti roller coaster." Saya kirimkan dengan maksud bukan untuk menakut-nakuti, hanya menceritakan bagaimana rasa yang saya dapat ketika berada dalam usia yang baru mulai ia pijak. :) Lagi pula, campuran warna dalam setiap fase usia orang tentu berbeda-beda.

Ya, usia yang akan saya tinggalkan ini cukup memiliki campuran warna yang, hmm, tidak terlalu saya inginkan (tapi saya tahu setiap warna ditinggalkan demi sesuatu). Mungkin, bisa dibilang seperti naik roller coaster. Mengaduk-aduk dan membuat saya ingin, kalau bisa, segera turun saat itu juga. Bahkan, hitungan menit itu pun serasa bertahun-tahun lamanya. Dan, mungkin, ada makian dalam hati, kenapa mau-maunya berlama-lama antre hanya untuk membuatmu menahan napas selama permainan agar deritanya tidak terasa (agar efeknya semacam dalam eutanasia, mungkin). 

Sebenarnya, saya termasuk orang yang menyukai tantangan--seperti yang selalu saya tulis dalam surat lamaran pekerjaan, sebagai salah satu alasan kenapa mereka layak menerima saya. :D Tapi, rasanya, saya bukan pecandu permainan seperti itu. Selama saya ingat, rasanya, saya baru dua atau tiga kali naik roller coaster di Dufan--bukan salah satu permainan yang jadi urutan pertama dalam list "permainan yang saya sukai". :)

Tapi, seperti halnya roller coaster, fase usia yang akan saya tinggalkan ini meninggalkan sesuatu yang mungkin tak akan pernah saya lupakan. Akan tersimpan dalam sebuah sudut yang dinamakan "hal-yang-membuat-jantungmu-seperti-ditarik-keluar".
Seperti roller coaster, saya pikir, hal yang saya rasakan dalam fase usia ini juga bukan menjadi urutan pertama dalam list "hal-hal yang saya sukai". 
Seperti roller coaster, kalau tidak salah ingat, saya butuh pegangan setelah turun dari permainan itu. 

Hei, usia di depan sana, apa kabarmu? Masihkah kita bertemu? Jika ya, semoga bukan tornado yang ada di fasemu itu. Semoga seperti berada di ferris wheel di kala lampu-lampu kota menyala, dengan udara hangat yang berembus pelan, membawa aroma cokelat hangat atau teh rasa mint yang menenangkan. :) 

*btw, saya belum pernah naik permainan tornado. hehe. Kata teman saya sih, seperti versi ekstrem permainan "rajawali"--yang pernah saya naiki sekali, waktu saya smp, dan bersumpah tidak akan naik permainan semacam itu lagi. :p 

** Oh, ya, bagi yang belum pernah naik roller coaster, juga tornado, "saya menyukai tantangan" tetap perlu ada di dalam surat lamaran pekerjaan. Rasanya, sudah pernah ataupun belum, tidak terlalu berpengaruh kok. Haha. ;)


p.s. happy b'day to andriw littlegurl. ^^




#pinjam gambar di sini!#

Tuesday, January 11, 2011

notes to myself ;)

sebelum tidur, jika ada banyak hal--sesuatu semacam ide--yang berkecamuk di benakmu, segera tuliskan. 
jika tidak, peri-peri mimpi akan menyembunyikannya dalam labirin-labirin di ruang-ruang yang tak pernah kau kenal namanya. dan, esok paginya, semakin berusaha kau mengingatnya, semakin kau lupa. 

jika ada yang terlintas, segera tuliskan.


Monday, January 03, 2011

selamat datang Januari: sebuah perjalanan baru :)



Tahun Baru 1 Januari pada 2011 ini bertepatan dengan hari Sabtu (sayangnya). Tapi, lumayan juga, jam kantor hanya setengah hari. Disuruh pulang untuk mempersiapkan tahun yang baru: 2011. :D

Jadilah anak-anak kantor tempatku bekerja (saat ini) foto-foto nggak jelas: beriang-riang menyambut tahun yang baru. 

Namun, kau tahu, ada kekhawatiran di benakku menyambut tahun baru ini. Takut seseorang menghilang dan tertinggal di tahun 2010. Haha. Kekhawatiran yang aneh, bukan? ;)

Selamat Tahun Baru. Semoga langkah-langkah di tahun ini tidak lagi lupa mengucapkan doa-doa. Semoga langkah di tahun ini tak lagi terburu-buru. Tak lagi tenggelam dalam sesuatu yang disebut meragu. Semoga, bahagia selalu menyerta, dalam setiap hela detak waktu. Dan, semoga kita memegang peta yang sama, menuju arah yang sama. Dan, semoga langkah di tahun ini tak lagi berpaling dari-Nya. 
Semoga. 

Hei, tahun yang baru, mungkin sudah terlalu banyak harapan yang dititipkan padamu. Maafkan.
Tapi, kau tahu, itu karena kami begitu euforia dengan kedatanganmu, 
yang tentunya akan selalu membawa berkarung-karung harapan di pundakmu--dan mungkin juga, membawa begitu banyak plester untuk menutupi luka-luka yang ditinggalkan tahun yang lama.
Dan, semoga semua tak kami habiskan dalam detak-detak yang tak bernama--yang kadang disamarkan namanya dengan sebutan "sia-sia".

Semoga, kita bisa memberi nama pada harapan-harapan, yang dibawa tahun dalam karung-karung di pundaknya. Tak ada yang sia-sia, kita tahu, bukan? 

Semoga. :)


p.s. 
kau tahu, hari ini jam tanganku jatuh menghempas batu. ada dua goresan di bagian logam yang melingkari kacanya, membuat mukaku berekspresi memberengut setiap kali melihatnya. sayang.

tapi, kau tahu, dalam setiap kejadian, banyak sekali yang disebut keberuntungan. dalam kejadian pagi tadi itu, harusnya, aku bukan melihat dua goresan kecil itu. dua goresan yang tak seberapa. masih untung bukan kacanya yang pecah. ya, kan? tapi, harusnya, jam itu tak aku taruh secara asal di dalam saku celanaku. ya, seharusnya tak begitu. tapi, gravitasi bumi sudah menjatuhkannya. dan, aku tak punya mesin waktu untuk kembali ke (hanya) dua atau tiga jam sebelum ini.

dua goresan itu harusnya tak ada jika aku lebih hati-hati.
dua goresan kecil dalam penunjuk waktu--terdengar seperti judul sebuah surat dari seorang sahabat, untukku.
sebelum memulai langkah, ingatlah kau berada dalam gravitasi bumi. jangan sampai kau terjatuh.
jika tak ingat langkah, suatu kali, bukan hanya dua goresan lagi yang kau temui. dan kau pasti tak mau itu terjadi. watch your step, dear. ^^
-- penampakan-penampakan @ montong57 menyambut tahun baru 2011 ;) --














LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin