Penjual Kenangan

Thursday, November 25, 2010

jutaan tahun cahaya



kau tahu, 
ternyata, tak butuh jutaan tahun cahaya untuk membacamu. 
hanya seperti menunggu ujung rel kereta, dalam sebuah perjalanan panjang.
seperti menjejakkan kaki di landasannya yang terlihat tanpa akhir. 
(mereka bilang, di suatu tempat, landasan itu ada akhirnya. dan, aku percaya.)

membacamu, 
hanya seperti itu saja. tak sampai jutaan tahun cahaya.

 

** sstt, lagi pula, aku tak pernah bisa mengalkulasikan jutaan waktu cahaya itu. kau tahu, kan? ;)


# i owe the lovely pic #

Wednesday, November 24, 2010

tertib lalu lintas, mari :)

suatu hari, saya menemukan rambu ini di depan pintu masuk tol. oke, saya akan mematuhinya, dan nggak akan berlaku bodoh lagi. :) *waktu itu, nggak tahu kalau ada bacaan kayak gini. haha* :p


b.e.r.d.o.a.

mungkin, berdoa itu seperti memasak air di dalam ketel. masukkan air ke dalam ketel, nyalakan api, lalu tinggal menunggu sampai ketel itu berbunyi. ;)

 

 

* namun, seperti yang ditanyakan sahabat saya, bagaimana dengan kebiasaan saya yang tidak pernah memasak air dengan ketel, tetapi menggunakan dispenser?--mungkin, kebiasaan kebanyakan orang pada zaman sekarang. :) 

 

ah, saya tahu, itulah yang membuat kita berpikir "air" bisa langsung matang seketika. instan. tapi, kali ini, saya menyadari bahwa saya sedang memasak air di dalam ketel. dan, perlu menunggu ketel berbunyi. dan, kata seorang teman, jangan lupa untuk mengecek karena mana tahu, ketel rusak sehingga tak berbunyi. jadi, perlu alarm diri, kata teman saya itu. *soalnya, kalau masak airnya di dapur, terus nunggu bunyinya di kafe sebelah, bisa-bisa airnya gosong. hehe*

 

oke, mari memasak air di dalam ketel. lalu, tunggulah ia berbunyi. siap-siap. jangan lupa kalau kita sedang masak air. dan jangan jauh-jauh menunggunya. ^^

 

p.s. saat ini, saya sedang memasak air di dalam ketel. nanti, saya kasih tahu deh kalau ketelnya sudah berbunyi. ;)



>> pinjem gambarnya.

Friday, November 12, 2010

Hari Ketiga (Heh?)

alhamdulillah. :)








p.s.
dear God...
maaf kalau aku ngeyel kemarin. :p
terima kasih Kau tetap sayang kepadaku. *_^
besok, aku boleh kirim doa lagi ya? hehe.

Wednesday, November 10, 2010

menjelma rahasia





aku bertemu seekor kupu-kupu.

ah, betapa cantik ia. tak habis-habis aku memujinya.

dan, entah bagaimana, kami jadi bicara panjang.

"kau tahu tentang sebuah fase?" tanya kupu-kupu itu, lalu terbang memutar-mutar di atas kelopak bunga.

ah, bahagia sekali hidupnya, pikirku. mataku tak lepas dari kepak sayapnya yang mencampurkan berbagai warna yang disebut indah.

aku baru menyadari bahwa aku tak menjawab pertanyaannya itu ketika ia bersuara lagi, "fase seperti sebuah undakan batu menuju puncak gunung. yang perlu kau pijak hati-hati. dan harus kau jajaki--jika ingin kau sampai di puncak gunung itu."

ah, benarkah ada senyum tipis di bibirku, senyum tak percaya. "bagaimana kau tahu rasanya memijak sebuah batu, sementara kau punya sayap indah itu." aku bergunjing dengan hatiku sendiri.

"langkahmu pun harus pasti di sana. jika tidak, kau akan tergelincir, sayang," ucapnya lagi. masih melayang-layang di udara hangat itu--yang seakan-akan telah lama menyerap kenangan-kenangan.

"atau kau mau berdiri saja di salah satu undakan itu?" ia bertanya.

ah, kenapa pula ia bertanya kepadaku, bukankah ia yang membuka wacana?

"jika kau berdiri saja di sana. itu namanya kau hilang dalam fase, bukan kehilangan fase. ingat, kau hilang dalam fase." ia seakan-akan mendelik kepadaku. sial, matanya sangat indah.

"undakan batu itu akan tetap ada di sana. seperti halnya fase. ia akan selalu ada di tempatnya. ia tak pernah hilang. jadi, jika kau berdiri saja di sana. kau akan hilang di sana. melebur menjadi fase itu sendiri."

"uh, aku sedang tak ingin membicarakan apa-apa," ucapku. ah, maaf, terdengar kesal, mungkin.
aku tak lagi memperhatikan ia terbang. aku juga tak memikirkan undakan batu yang, tentu saja, tak perlu ia pijak dengan hati-hati.

"hup!" kau cuma butuh itu. sebuah lompatan--yang tentu saja, bukan asal-asalan, ya."

duh, kau terlalu banyak persyaratan, kupu-kupu.

"kau mudah saja bicara tentang semua ini. tak pernah kau tahu bagaimana seseorang begitu berat menjejakkan, hanya, satu langkah ke pijakan batu selanjutnya. kau tahu kenapa, karena jika menengok ke belakang, fase-fase juga yang ada di sana." aku melemparkan sebuah kerikil ke udara hangat itu. ia seperti melayang pelan. ah, sepertinya, udara ini memang terlalu banyak mengedapkan kenangan, hingga ia tidak membiarkan semua lewat dengan cepat.

"jangan anggap semua hal itu fase. berat sendiri nanti hidupmu," katanya. "lain-lainnya itu, hmm, kita sebut saja benang-benang fase. yang menjalin hingga akhirnya kita sampai pada sebuah fase." ia hinggap di lenganku.
benar-benar seekor kupu-kupu yang cantik.

"ah, pembicaraan kita semakin tidak jelas," sahutku. "matahari sudah terlalu tinggi. aku harus pulang. dia menungguku." aku tersenyum. "kau terlalu cantik, kupu-kupu," aku menatapnya. "kau membiarkan aku membencimu karena kesempurnaanmu. kau selalu bahagia, terbang ke sana kemari sesukamu.

kebahagiaanmu yang kau kumpulkan dalam sayapmu itu. ah. dan, kau tak tahu fase apa yang dihadapi manusia itu." aku menatapnya, ah, maaf, menghakiminya.

"aku berkawan dengan fase yang ada. aku tak melewatinya. aku dan fase itu melewatinya. kami bersama. mungkin, bahagia juga tak ingin ketinggalan dan ingin bersama. ah, mungkin, ia iri melihat aku dan fase begitu riangnya," katanya, tersenyum lagi.

"kau?" lanjutnya, "sudah sampai undakan batu keberapa? sudah lelah?" ia benar-benar bertanya, bukan mengejekku, aku tahu.

"ah, entahlah," kataku. "aku belum mengenali fase. aku masih asing dengannya, dan kadang, aku terkilir, entah di fase keberapa." aku kembali memperhatikan udara. mulai mendingin. benarkah? apa ia melepaskan ikatan-ikatan kenangan jika matahari sudah tak lagi tepat di atas kepala?

"kalau begitu, pulanglah dulu," kata si kupu-kupu. "jangan berburuk sangka pada fase. mungkin, bukan dia yang menyebabkanmu terkilir,"  katanya pelan, seakan-akan merahasia pada udara.

kupu-kupu itu mengepak, lalu menguap bersama udara.
menjelma hangat.
menjelma rahasia.


* i owe the pic!

Tuesday, November 09, 2010

[Minggu Kedua November]



hari ini, saya jalan ke kantor bukan lewat jalan biasa. lewat jalan yang lebih jauh karena ada perlu di suatu tempat. bapak-bapak di pom bensin sudah memberi tahu saya arahnya. "abis jembatan layang, belok kiri. terus lampu merah kedua belok kiri, ke arah ragunan. nanti belok kanan aja. ada putaran balik. pasti nggak nyasar deh," kata dia. hmm, oke, kayaknya saya pernah lewat sana. :D

sampailah saya di jembatan layang tb simatupang (jembatan layang yang dimaksud). sebenarnya, saya sudah sering lewat tempat ini, tapi dari arah yang berlawanan. jadi, seperti biasa, saya tidak bisa membaca peta dengan baik--secara terbalik pula.

setelah belok kiri di jembatan itu, saya terus jalan saja dengan chizumi. agak-agak merasa terlalu jauh. tapi, saya yakin di ujung jalan sana. lalu, saat yakin sampai di lampu merah yang dimaksud, belok kirilah saya. teruuuus. lalu, sampailah saya di ragunan. udah di pintu masuk ragunan. :( saya berhenti di dekat kios rokok. duh, tadi maksudnya putaran balik itu gimana. uh. :(

saya menelepon teman kantor saya, tapi ternyata sinyal hape lagi nggak baik. dan, langsung saja saya ingat fasilitas gps yang ada di hape saya. baru-baru ini, saya pernah coba-coba di kosan (selama ini dianggurin aja karena ngerasa nggak berdaya fungsi bagi saya). lumayan juga, jadi tahu jarak ke suatu tempat, dan bisa ditelusuri jalannya. (tapi, saya masih gaptek, euy :p)

lalu, di dekat kios rokok itu, saya menuliskan jalan kantor saya. dan setelah di-searching sama tuh gps, lokasinya sekitar 3,8 km. hmm, cukup deket. tapi arahnya ke mana.... saya bingung baca peta di gps itu. mana belokan yang menuju ke kantor saya yang cuma tinggal 3,8 km itu lagi? sambil bingung dan liat waktu yang sudah semakin cepat berlalu, saya masih mencoba mereka-reka--bukan membaca. :p duh, saya masih belum melihat arah yang harus saya tempuh itu. :(

dan, akhirnya, saya putus asa dan nutup aplikasi yang menurut saya keren itu--hehe, norak. :D
lalu, saya mendekat ke kios rokok, mendorong chizumi yang mesinny sudah saya matikan itu. 
"pak, maaf nanya, kalau ke arah ciganjur, lewat mana, ya?" tanya saya dengan tampang, yang pastinya, bingung. ( :'_': )

"oh, itu mbak, jalan depan ini belok aja," katanya. 
saya refleks nengok kanan, ke seberang jalan. ada sebuah jalan yang tidak terlalu besar. "oh, itu, pak," tunjuk saya, meyakinkan diri sendiri.

"iya, terus aja abis itu, ikutin m20 aja," katanya, menyebut angkot warna biru telor asin yang lewat depan gang kantor saya.

"oh..... makasih, ya, pak," ucap saya sambil menyalakan chizumi dan bersiap belok kanan, menyeberang. 

saya mengikuti jalan itu, dan taaraaa, nggak lama, ada m20 yang sudah saya akrabi itu. dan, akhirnya, saya bisa sampai kantor dengan selamat. 

hmmm, maaf ya gps, ternyata, saya lebih memahami bapak-bapak penjaga kios rokok itu. lebih gampang memahaminya. :p

*eh, maksudnya, maap saya belum ahli membaca-Mu. tapi, saya akan belajar, kok. lagi dan lagi. ;)* 


Ngetik sambil ditemenin Noel, dkk., di Winamp. I love them. ^_^
>>> Stand by me, nobody knows the way it's gonna be
Stand by me, nobody knows the way it's gonna be
Stand by me, nobody knows the way it's gonna be
Stand by me, nobody knows
Yeah, God only knows the way it's gonna be <<<


pinjam gambarnya, ya ^^


Monday, November 08, 2010

Anak Tudung Warna-warni







Tetangga kubikel saya menunjukkan sebuah toko online yang menjual anak tudung dengan corak dan motif. Wow, ternyata bagus-bagus. Tapi, sayangnya model-model yang lucu-lucu itu udah pada abis. :((

Namun, si pemilik toko online bilang akan ada produk baru segera. Tapi, harganya memang cukup mahal dibandingkan dengan anak tudung polos yang selama ini saya pakai. Yah, mungkin sebanding dengan bahan yang mereka bilang "impor, lycra korea, high quality pula". Hehe. Mereka menyebut anak tudung jenis ini dengan "inner multi".

Saat ada foto baru yang di-upload, saya langsung "booked", dua nggak nanggung-nanggung. Padahal, harga satu buah anak tudung itu udah seharga tiga setengah kerudung paris. :p "blum ongkir ya, sist." ^^ Huhu. Tapi, cakep-cakep.... :D

Lalu, saat saya iseng mampir ke toko pernak-pernik, saya kepikiran buat liat-liat bandana aja. Fungsinya mirip-miriplah. Dan, ternyata, ada produk yang mirip dengan anak tudung ini. Kalau di gambarnya plastiknya, si, kayaknya buat dipake anak-anak skater gitulah. Buat nutupin kepala saat lagi kongkow-kongkow. Wah... saya jadi ga bisa lepasin itu tutupan kepala.



Si Mbak yang jaga deketin saya. Mungkin, dia bingung saya mau pake di mana itu "tutupan kepala". Mana saya pakai acara coba-cobain di kepala (di luar kerudung) pula. Mungkin, si Mbak-nya makin bingung. :p Setelah pilah-pilih warna, akhirnya saya (kalap) beli tiga--tadinya cuma mau beli satu. ;( Soalnya, harganya 1/3 harga anak tudung multi yang udah saya komenin dengan "booked". :D

Akhirnya, saya batalin aja satu inner multi yang udah saya take-in  itu. "Sist, maaf, aku batalin satu ya. Jadi, aku pesan satu yg cokelat aja. Maaf bgt." Untungnya si penjual dengan santai menjawab, "Okey, sist, gpp. ;)" *haha, kadang, saya dan teman-teman becanda ala toko online dengan menggunakan kata "sist". Lucu juga istilah yang berkembang di bisnis toko online itu. :)*

*** Oh, ya, waktu kali pertama transaksi di toko online, saya "ogah" pake kata "sist" karena merasa, hmmm, aneh. Hihi. :p Jadilah saya nanya dengan,
Saya: "Yang ini ada ga, Mbak?"
Toko online X: "Kosong, sist."
Saya: "Yang ini berapa, Mbak?"--masih bertahan dengan kata, "Mbak".
Toko online X: "PM ya, sist".
Saya: "Oke, Mbak."
Toko Online X: "Oke, sist, totalnya bla bla. Transfer via bla bla ya, sist."
Saya: "Oke, nanti aku kbari klo udah transfer ya, Mbak."
Toko online: "Oke, sist. Barangny segera dikirim klo udah transfer sist."
Saya: "Oke, thx. Ditunggu ya, SIST." (akhirnya, saya menyerah, dan menggunakan kata "SIST" itu. :( Apalagi, di antara komen-komen foto, yang pake mbak saya doang. Haha. Ternyata, arus di toko online terlalu kuat untuk saya lawan, Sist. ;) ****





So, saya jadi mulai berpikir buat mengkreasikan anak tudung. Nggak cuma berpatokan pada anak tudung yang dijual di pasaran saja. Anak tudung bisa menggunakan kain-kain lain yang "semacam itu". Yang penting, nyaman di kepala. :)

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin