Penjual Kenangan

Thursday, December 30, 2010

cipa belajar berenang :)



 



di detak ini, mimpi telah lama menikam diri mereka sendiri, diam-diam

kau lihat,
orang-orang dalam gambar itu.
mereka semua tertawa, dan begitu bahagia.
jadi, tak perlu ada yang dirisaukan.
cukup pejamkan matamu,
dan esok, kau akan mendapati dirimu berada dalam tawa yang sama dengan orang-orang di dalam gambar itu. menggapai mimpi-mimpi, dan menjelma dalam doa-doa.

kau tahu, mereka juga pernah dalam cerita-cerita tak beralur, tak bertokoh, tak mengenal tanda-tanda
orang-orang dalam gambar itu, yang saku, ransel, dan tas-tas tangan mereka penuh dengan tawa, pernah berada berdiri dalam malam yang gelap dan sunyinya saling mengutuk.

gambar-gambar itu akan menjelma juga,
asal, kau tak berhenti
asal, kau tak menanti
asal kau tak selalu memaki,

mimpi-mimpi begitu banyak yang menunggu,
di ujung sana,
telah dituliskan dalam garis tangan mereka,
suatu hari, kau akan berdiri di sampingnya, mengulurkan tanganmu,
dan, tiba-tiba saja, langkah telah sama, tanpa perlu kau samakan,

asal, kau tak berhenti.
di sini. di detak ini--di tempat mimpi telah lama menikam diri mereka sendiri, diam-diam.

Tuesday, December 28, 2010

aku dan ketergesaan


pagi tadi, saat aku terbangun, hujan sedang duduk manis di luar kamar.
tidak mengetuk pintu, hanya duduk saja, 
dan, tak membawa kabar. juga darimu. 
lalu, kau tahu, apa yang kulakukan? (pasti kau tahu)
aku tidur kembali :p, dan memaki saat terbangun mendapati pagi telah mengkhianatiku.
meninggalkanku, bersama ketergesaan

hei, ini sudah hampir januari,
masihkah aku harus akrab dengan ketergesaan?
dalam kebersamaan kami, kedekatan kami itu, diam-diam aku membencinya.
dan, berencana meninggalkannya. diam-diam pula, tentunya.
aku tahu, aku sudah menuliskannya dalam agendaku--yang lebih banyak kosongnya. aku sudah menuliskan waktunya.
dan, saat itu, aku akan meninggalkannya.
semoga aku tak menemukan ada genangan air mata di pelupuk matanya--yah, mungkin saja ia akan merindukan berlari bersamaku, bersama-sama mengejar waktu yang juga berlari dengan cepatnya.

dan, menurutmu, apakah aku harus meninggalkan selembar Post-it di mejanya? 
mungkin, bertuliskan, "selamat tinggal," sebuah kata yang tak memperlihatkan emosi apa-apa. hanya sebuah ucapan perpisahan. 
atau, aku menuliskan hal yang mungkin membuatnya tak merasa ditinggalkan (begitu saja), "jaga dirimu. aku menyukai kebersamaan kita,"  tapi tanpa kata "semoga kita bertemu lagi", tentunya--aku tak berharap kami bertemu lagi.

atau yang agak sedikit sengit, "hei, ketergesaan, jangan genggam erat tanganku lagi. aku sering kehilangan pagi karena menunggumu."
atau, hanya satu kata itu saja, "bye," atau yang sedikit sopan, "farewell, my-lovely-friend"? 

yang manakah yang harus aku tuliskan? aku tahu, aku pasti menghabiskan berlembar-lembar Post-it untuk menuliskan itu, entah mencari kata-kata yang tepat ataupun mengulang-ulang kalimat yang sama agar tulisanku bisa ia baca dengan jelas (uh, aku sebal kemampuan menulis dengan tanganku menurun drastis sejak jemariku lebih memilih mengakrabkan diri dengan keyboard QWERTY itu).

atau, aku tak perlu menuliskan apa-apa? cukup menghilang pada suatu pagi. 
meninggalkannya, tercenung. 
dan semoga ia tak menungguku di depan pintu kamarku itu, duduk manis di sana, seperti hujan yang jatuh pagi ini.

psst, jangan ceritakan padanya kalau aku berniat meninggalkannya, pada suatu pagi.
sebenarnya, aku tak pandai menyembunyikan keinginan--yang sering menguar dengan tiba-tiba ketika aku duduk diam. tapi, kalaupun kau kelepasan bicara, dan dia tahu, katakan, aku selalu mengenangnya. dan mengirimkan doa lewat sujud-sujud yang panjang.
berdoa, semoga kami baik-baik saja. 
berdoa, agar aku dan ketergesaan bisa saling meninggalkan. dan mengenang yang baik-baik saja, tentunya. 
tahun sudah akan berganti. matahari memang masih yang itu-itu saja. tapi, kau tahu, aku bosan berlari mengejar pagi, bosan digamit ketergesaan. 

aku ingin memulai pagi dan tak melihat ketergesaan lebih dulu merebut ranselku, ataupun lebih dulu meletakkan sepatuku di depan pintu. ataupun, lebih dulu mengunci pintu kamarku, sementara helm-ku masih di dalam--tergeletak di bawah jendela kaca, di atas tumpukan buku.

:) kau tahu, ini semacam harapan untuk bersiap-siap membentangkan spanduk ucapan selamat datang kepada tahun yang baru. 
kalau sang ketergesaan tahu, ia pasti akan mengerti. tapi, semoga ia tak bilang, "dulu, kau juga bilang seperti itu, tapi kita tetap berada dalam langkah keterburu-buruan yang sama."
haha, biarlah ia berpikir seperti itu--agar semua (seakan-akan) baik-baik saja.

hanya Dia yang tahu, yang sebenarnya. kita tahu, bukan? :)




#@montong57, tiga hari sebelum sebuah tahun menghilang. gambarnya di sini!#







Monday, December 27, 2010

sebelum desember silam



desember masih menengok ke belakang, masih memastikan jejaknya tertinggal di sana. kita bilang, "ya, kami masih melihat jejakmu. jangan risau, kami akan mengingatmu. setahun lagi kita bertemu, semoga."
ia tersenyum, kau lihat juga kan, ia tak lagi meragu.

"desember, beruntung dia menutup sebuah perjalanan. ia akan dikenang," kataku, tiba-tiba merasa dikepung sendu.
"aku mengenang setiap waktu," sahutmu. tak hanya desember, sepertinya. dan, kau tersenyum.

mungkin, aku pun begitu. tapi bukankah desember beruntung berada di penghujung hitungan tahun?  ya, kan? masih saja hal itu berkelebat di benakku. menyenangkan. tiba-tiba ingin jadi desember. yang pastinya penuh kenangan. menjadi januari? ia pun ditunggu-tunggu. tapi, aku lebih ingin jadi desember, yang pastinya  mempunyai tumpukan-tumpakan kenangan di sudut kamarnya, berkarung-karung, mungkin. tapi, saat januari, kau bisa memulai cerita baru, kisah baru. sebuah novel baru. roman tak-picisan yang baru. menyenangkan juga sepertinya. *haha. pikiranku meloncat-loncat, seperti biasanya--ada yang pernah bilang seperti itu. aku tak percaya. benarkah? :( *

oh, ya, aku ingat kau pernah bilang. suatu hari, dulu.
kau sedang memulai bab pertama dalam novelmu.
dan, kita tahu, cerita itu berlanjut,
dan ternyata waktu merampungkannya, 

sebentar lagi. ;)




Thursday, December 23, 2010

:)



jalan-jalan di kota itu, gedung-gedung tuanya, ataupun lautnya yang seakan menelan cakrawala,
suatu hari, kita akan membingkainya,
setelah lelah kita menyusurinya.,

dan,
suatu hari, aku akan mengomentari, "kenapa sih posemu selalu sama dalam setiap gambar? senyumnya juga seadanya, seperti terpaksa. huh."
aku akan menggumam kesal karena merasa posemu yang begitu-begitu saja jadi merusak sebuah gambar yang harusnya sempurna, dalam sebuah bingkai yang--katamu--seakan-akan abadi.
gerutuanku akan terdengar sepanjang waktu setiap kali melihat gambar-gambar yang kita bingkai itu, ketika mendapati kau tampak tidak bersemangat menatap lensa, malah memberikannya senyum yang terpaksa.

tapi, kau tahu, diam-diam, aku akan tersenyum,
menyadari, ternyata, aku begitu jatuh cinta,
padamu.


[i owe the pic]

Wednesday, December 22, 2010

sedikit (rahasia) tentang perempuan



hei, mau tahu sedikit (rahasia) tentang (seorang) perempuan?
kalau kau mendapati seorang perempuan menangis, jangan selalu berpikir bahwa dia sedang sedih.. kau tahu, barangkali, dia sedang marah. 

kebanyakan perempuan itu sering kali begitu. saking marahnya, dia malah menangis. haha, lucu. bahkan, seorang teman (perempuan) yang saya tahu selalu tertawa, tiba-tiba saja jadi menangis. dan, saat mendengar isaknya itu, saya tahu dia bukan sedih, dia sedang sangat-sangat marah. dan, saya tahu dia sangat benci ketika dia harus menangis karena amarahnya itu. 

pernah juga, ada seorang perempuan yang menangis karena ia kesal argumentasinya tidak diterima, selalu dipatahkan, atau dianggap tak beralasan. dan, karena kesal dan tak punya kata-kata lagi, air matanya malah rontok--mungkin, para perempuan memang mempunyai persediaan air mata yang cukup banyak di mata-mata mereka yang kadang juga menyimpan banyak rahasia. 

atau, bisa saja perempuan langsung menangis ketika ada yang mencaci-makinya. saat itu, ia lebih ke arah marah, bukan sedih. tapi, mungkin juga, sesuatu yang disebut perasaan perempuan itu terlalu bewarna-warni, dan kadang campurannya begitu cepat diramu hingga akhirnya malah menguarkan aroma air mata itu. unik. :)

kau tahu, air mata itu sungguh ajaib. bisa meluruhkan banyak hal. kemarahan. kekesalan. kebencian. kehampaan. kesedihan (pastinya). dan lain-lainnya. dan lain-lainnya. dan, bisa juga meluruhkan kenangan.

itu sedikit tentang air mata.

lalu, ada yang lebih unik lagi daripada itu: tidur. 
 kau tahu, tidur lebih bisa meluruhkan banyak hal lagi. dan, kemarahan jadi yang paling sering bisa diluruhkan. 

entah kenapa bisa begitu. mungkin, kemarahan itu dibawa peri-peri ke alam mimpi sana, diendapkan di sana, atau mungkin dibuang ke sungai ajaib yang ada di sana. tapi, mungkin juga, tangan-tangan peri itu terlalu kecil, jadi tidak bisa membawa terlalu banyak kemarahan yang akan dihanyutkan ke alam mimpi--jadi masih bersisa ketika bangun tidur, tapi tak banyak. atau, mungkin juga, mereka tak punya waktu terlalu banyak. takut jam tiba-tiba berdentang, lalu menutup pintu ke dunia mimpi sehingga bisa-bisa, mereka terjebak sendiri. entah. :)

tapi, sering kali, tidur memang meluruhkan kemarahan (kau cobalah sekali-sekali) , bahkan juga kebencian.
tapi, entah kalau kenangan. sepertinya, memang benar peri-peri dunia mimpi itu memiliki tangan-tangan yang terlalu mungil sehingga tidak bisa membawa terlalu banyak sesuatu di sana. jadi, mungkin saja, karena itu mereka tak sempat membawa kenangan. 

atau, memang benar waktu di dunia mimpi itu terlalu cepat, jadi mereka tak punya banyak waktu untuk melakukan ini itu? 

entah. :)


# gambarnya minjem #

Friday, December 17, 2010

Saya Suka Hari Minggu :)

Hari Minggu lalu, saya, Nulur, dan Chizumi berpetualang ke Kreo, Cileduk, Jak-Sel (eh, apa udah masuk ke Tangsel yak?) untuk menemui seorang teman lama--sebenarnya, ada keperluan nitip-nitip sih sama teman lama itu. Makasih, Anto. :D 


Malamnya, saya ke rumah Nulur untuk mengambil transkrip nilai saya *waktu itu nitip legalisasi sama Nulur yangbaikhati itu. ;)* Sudah lama saya tidak ke rumah Nulur. Tapi, ternyata, suasananya masih sama. Saat sampai, pas banget magrib, jadilah saya ikutan salat magrib berjamaah dengan keluarga Nulur. :)


Lalu, saya masuk ke kamar Nulur buat ngobrol ngarol ngidul. Dan, mendapati sebuah lukisan. Cakeepp. (Hiks, pengen bikin kayak gitu juga). Ternyata, ada yang berubah di kamar Nulur. Dia punya banyak kuas dan kanvas. *saya iriiii. kan, dulu saya juga punya cita-cita jadi pelukiiiis. ^^* Tapi, Nulur berjanji mau nemenin beli kuas, cat, dan kanvas di warung perempatan apalah gitu. Katanya, di sana murah. 


Ini gambar Nulur yang bikin saya iri. ;( *Kata Nulur, dia nyontoh, dan dia malu-malu bilang itu masih jelek. Haha. Cakep, kok, Lur... :)




Kata Nulur, di toko perempatan itu, harga kanvasnya murah. Tapi, hiks, kapan ke sananya? Nulur mau dikarantina pula :( Tapi, suatu hari, pasti ke sana dan mewujudkan cita-cita lama saya, yang terpendam--painter wannabe. ;)


Esoknya, saya dan Nulur berkendara dengan cukup santai (saya suka hari Minggu). Ke Kreo lewat Blok M. "Kalo gue, taunya lewat Slipi, Lur," kata saya, menjadikan daerah jajahan saya itu sebagai patokan ke mana-mana. 

Nulur ngakak. "Jadi, muter-muter, Wied," katanya. Saya sempet mikir, emang iya? Kayaknya lumayan deket juga. Hehehe. Untunglah Nulur jago menavigasi.

"Lur, belok mana?" tanya saya setiap ada belokan. 


"Wied, ini kan jalan waktu kita mau ke Senayan," kata Nulur (sebal, mungkin).

Hehehe, saya tidak inget, bow! ;p


Setelah ke Kreo, kami ke Blok M Square. Lumayan juga itu tempat, banyak barang-barang lucu. Produk Yogya kayak dipindahin ke sana. :) Setelah muter-muter sampe capek nyari kemeja putih buat Nulur, kami makan di So**ria.


Saya memesan mi ayam, Nulur memesan nasi bistik ayam. Setelah lama nunggu, datanglah si Mbak-nya membawakan pesanan kami. Tapi, saya dan Nulur bengong saat dia naro pesanan saya di meja. Sendok dan tisunya kenapa mpe begitu yak? Hahaa.



Pesanan Nulur datang. Lalu, kami iseng ngedeketin kedua tisu itu. Yang satu lepek ajah. :p




Kasian juga Mbak-nya jadi grogi gara-gara saya dan Nulur bengong sambil liatin. Untunglah, tak beberapa lama, dia membawakan lagi tisu (pesanan saya)--dibawain cukup banyak. :D

Jadi ngerasa bersalah tadi saya dan Nulur bikin si Mbak-nya sempat grogi. :p

"i'm a dead man walking i meet my destiny"*

pagi-pagi, dengerin lagu ini** (suka semua lagu mereka). :)


[[ btw, sudah beberapa hari belakangan ini, saya datang (terlalu) pagi ke kantor (alhamdulillah :p), sampai-sampai ditanyain sama resepsionis kantor kenapa saya tumben saya datang pagi. hehehe.

kenapa? hmm, karena mau memanfaatkan waktu pagi biar nggak keduluan dipatok ayam. (hehe, setahun lebih belakangan ini, ke mana aja, bu, baru nyadar sekarang?) :D

hmmm, sebenarnya, karena keseringan pulang malem (pernah mencetak rekor pada pukul 12 malam [hiks]), siklus berangkat kerja jadi (agak) berantakan. tapi, sekarang, siklus mulai stabil nih kayaknya.. dan, semoga bisa bertahan biar ayam sebel karena yang mau dia patok udah saya patok duluan. ;) ]]





 

** I don't know where  i live
don't know what i'm doing over here
I can't remember all this street
Just Walking my way and
i'm asking to the people all arround
they pay no heed to me at all

Suddenly after view minutes
i hear a whisper in my ears
it says : "find me and you know what you've been through,
I'm a white black beagle with a brown pelt on my left eye"..

I just can say i don't remember
oh i lost my mind and i just can say i don't remember

i've finally found you dog but you're running down to the road
i'm stealing a bike i'm chasing you up
cause you are the answers of my questions
oh i'm really tired, i can't move anymore
but the dog stops.. in the end of the street

The dog is right i've got my memories back
cause i see my bode lays over there
i'm a dead man walking i meet my destiny
i saved the dog and let my soul free

the truck came when the dog was on the street
i was trying to get him and it's not too late.. but yeaah
i know i was there.. and then i'm here... 



* "I Don't Remember", Endah-Resha





[i owe the lyric and the pic]

Wednesday, December 15, 2010

(nightmare)





mengingatkan diri sendiri, 

"jangan tidur malam dengan lampu menyala terang, bantal dan kepala tidak dalam posisi yang tepat, tanpa direncanakan, dan dengan baju yang sama yang dipakai kerja sedari pagi."


dua malam terlelap dengan tidak mengikuti peringatan itu, pagi jadi terlalu cepat datang dan jadinya "nightmare  before christmas". hehe. ;)

besok-besok, jangan lagi! jika kau tak ingin berada dalam labirin-labirin, dunia abu-abu dan kadang tak jelas apa warnanya--bahkan, seakan-akan tidak pernah mengenal warna--dalam cerita tak beralur, dengan penokohan yang absurd dan tidak jelas siapa tokoh utamanya. ;((


(semoga). 


[i owe the pic]


Tuesday, December 14, 2010

(not) suddenly?




kau tahu, aku orang yang (agak) peragu. ;) sejak dahulu.
dan, kau tahu, seringnya, aku juga selalu dihadapkan pada keputusan-keputusan yang harus dan wajib kupilih. ujian, mungkin, untuk sifat peraguku itu. dan, entah kenapa, aku sering terjebak di antara keduanya.

dan, sering kali, keputusan yang kuambil itu begitu ekstrem, bagai makan buah simalakama, kata pepatah. kau tentu tak ingin bapak atau ibumu mati karena makan atau tidak makan buah itu, kan? dan, kalau harus makan buah simalakama itu, aku sih akan heran kenapa harus makan buah itu, bentuknya saja aku tak tahu. hehe. tapi, begitulah buah simalakama. harus kau makan atau tak kau makan. dan seringnya, orang akan memilih kata "atau". dan itu ternyata tak masuk pilihan. :( ya, kadang aku dihadapkan dalam zona harus memilih ke kutub utara atau ke kutub selatan dalam sebuah medan magnet. dan, tak bisa kau berdiri di tengah-tengahnya.

dan, kau tahu, hasil dari pilihan-pilihan itu selalu memberi kejutan, memberi warna pada perjalanan. kadang, warnanya memang tak selalu aku suka. tapi, kadang, warna yang tidak kita suka disukai orang lain, bukan? :)

setiap pilihan, ada risikonya. tentu saja. dan, kali ini, menjelang akhir tahun ini, sifat peraguku diuji lagi. dan, sudah ada pilihan yang kuambil. sudah diputuskan, tapi belum aku jalani. beberapa bulan lagi. mungkin sebulan, dua atau tiga bulan lagi.  wow. menurutku, ini pilihan yang cukup besar dalam perjalanan hidupku. kau tahu, sebuah pilihan yang tampaknya "ringan" karena merupakan sebuah kesempatan. tapi, sebenarnya, hmm, banyak hal yang bersahut-sahutan di benakku. aku belum tahu warna apa yang ada di sana. dan, apa cerita yang ada di sana. (semoga menyenangkan :), tentu saja, itu harapan dalam setiap langkah kita, bukan?)

tapi, kadang tentu kita penasaran, apa kejutan di depan sana?
entahlah, ya aku tahu, semua yang terjadi tak pernah sia-sia.
begitulah yang aku percaya. :)



p.s:
Tuhan, ternyata, ada yang bersembunyi di sudut hatiku itu. duduk diam di sana. apakah itu sebuah ketakutan? ah, aku tidak begitu jelas mengenalinya. tapi, kau tahu, dia ada di sana.

dear my Lord, aku tak sendiri, bukan?
"kita begitu dekat," bukan? seperti yang dikatakan penyair Abdul Hadi WM itu, "sebagai api dengan panas/aku panas dalam apimu".


Tuhan, aku tak (pernah) ingin jauh. dari-Mu. :)


-- 15 desember 2010, suatu sore yang sudah kemalaman. ^^


[i owe the pic]

Tuesday, December 07, 2010

TUHFAT AL-NAFIS SEBAGAI SASTRA SEJARAH


Ngulik-ngulik file di komputer (yang isinya, uh, berantakan), saya menemukan tugas kuliah Sastra Sejarah. Wah, ternyata saya pernah membaca Tuhfat Al-Nafis. Dan, ternyata waktu itu, kami masih belum "gape" EYD. Hehe. Tugas ini dibikin bareng sahabat saya, Andriw. :)


TUHFAT AL-NAFIS SEBAGAI SASTRA SEJARAH [1]


Pendahuluan
            Salah satu jenis Kesusastraan Melayu Klasik adalah karya-karya yang bercorak sejarah. Sastra Sejarah ditulis dalam bentuk sastra dan diperkaya dengan fakta-fakta sejarah, misalnya nama-nama pelaku, latar tempat, dan latar masa suatu peristiwa. Hasil-hasil karya yang bersifat demikian itulah yang disebut dengan Sastra Sejarah.           
Hasil penulisan Sastra Sejarah terdiri dari dua bentuk, yaitu puisi dan prosa. Puisi digunakan untuk menceritakan peristiwa yang sifatnya sesaat, tidak berhubungan dengan urusan istana atau negara. Prosa digunakan oleh pengarang untuk menceritakan keadaan negara. Contoh Sastra Sejarah dalam bentuk puisi di antaranya adalah Syair Raja Haji, Syair Singapura Terbakar, dan Syair Perang Siak. Lima teks sastra sejarah berbentuk prosa yang banyak mendapat perhatian para peneliti, yaitu Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Merong Mahawangsa, Misa Melayu, dan Tuhfat Al-Nafis. Selanjutnya, kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai Sastra Sejarah dan Tuhfat Al-Nafis dalam makalah ini.





Sastra Sejarah
Ciri-ciri Sastra Sejarah
1.      Biasanya menceritakan peristiwa yang benar-benar terjadi di istana.
2.      Menceritakan riwayat kerajaan selama beberapa keturunan.
3.      Gagasan penulisannya muncul dari kalangan istana.
4.      Peminatnya hanya dari kalangan istana saja.
5.      Terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang bersifat mitos atau dongeng dan bagian yang bersifat historis.

Tujuan dan Fungsi Penulisan Sastra Sejarah
1.      Berusaha meninggikan kedudukan raja-raja dengan menghiasi watak-watak mereka   dengan kegaiban.
2.      Menyampaikan hal-hal mengenai moral dan tata susila.
3.      Menerangkan sifat ketuhanan dari raja dan fungsinya. Selain itu, sastra sejarah juga menjelaskan silsilah keturunan nenek moyang raja yang memerintah.


Friday, December 03, 2010

rintik pada pagi pertama, desember



hari ini, perasaan lagi nggak enak banget. serasa tidak bisa bersahabat dengan gravitasi bumi. nggak tau kenapa... :((

mungkin karena kemarin bolak-balik lintas provinsi. malamnya masuk angin dan ketiduran nggak pake selimut plus lampu menyala sampai pagi. saat terbangun, di luar kamar, suara hujan terdengar jatuh bersirebut, tidak satu-satu. bagai kotak musik yang hendak meninabobokan. sejenak lagi, mata meminta waktunya untuk memejam. lalu, saat membuka pelan, aku mendapati hari sudah masuk tiga desember. wow. 

*ah, ya, seorang sahabat sedang merayakan hari lahir pada hari ini dan, menjelang petang, sebuah berita gembira juga disampaikan seorang sahabat melalui pesan singkat*

tapi, entah kenapa, perasaan nggak enak itu tetap ada di sana. seakan-akan meringkuk di sudut, enggan menyampaikan apa maksudnya. tak bisa silam dengan sepotong brownies kukus ataupun sepotong cokelat almond. ia tetap ada di sana. ikut berdetak seiring detak usia.


fiuh! 


# i owe the pic #

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin