Penjual Kenangan

Saturday, February 25, 2012

bittersweet goodbye?

gambar di sini!



"jangan buka kotak itu," pesannya, menitipkan sebuah kotak indah untukku, pada suatu ketika.

lalu, aku merasa menjelma pandora, yang begitu tertarik mengetahui isi sebuah kotak cantik yang ditinggalkan bersamanya, dalam kesendiriannya. hatinya begitu resah, mereka-reka begitu banyak kemungkinan tentang isi kotak itu. dan, begitu pula aku, hatiku begitu ingin membukanya.

jangan buka kotak itu? tak tahukah dia, bukankah pandora telah mendapati harapan keluar, menyelamatkannya. bukankah juga begitu seharusnya dengan kotak ini? segala kemungkinan terburuk pun akan selalu ada celahnya, bukan?--celah untukmu mendapati hal baik di dalamnya.

ah, kisah selalu berulang, bukan? mungkin saja pandora memang menitis dalam darahku.

aku membuka kotak itu. dan, mendapatinya penuh sesuatu yang menyergapku tiba-tiba.... menelanku seketika dalam warna kelamnya....

dia--dia berjalan menjauh. "aku hanya ingin kau menyimpankannya, bukan membukanya," samar terdengar suaranya, ikut menjauh bersama langkahnya.

dan, aku tahu, aku telah kehilangannya.

tak ada harapan dalam kotak itu. 
yang ada hanya masa lalu,
dan tak ada jalan untuk kembali.

[suatu hari, kita hanya perlu tak mengikuti keinginan hati--karena keinginan terkadang menyamarkan nurani--perasaan hati yang murni, yang sedalam-dalamnya; yang perlu tak hanya waktu sekejap-dua kejap dalam mendapatinya. dan, mungkin saja, kita melewati banyak persimpangan, yang seharusnya kita langkahkan kaki ke sana. yang mewarna seperti ingin kita.]

kau, aku mendapati secarik tulisan tanganmu di antara masa silam di dalam kotak itu. lalu, mencoba bertahan hidup di sana. mungkin, inilah hal baik dalam kemungkinan terburuk yang telah kupilih ini--mungkin inilah jelmaan harapan yang didapati pandora itu. ah, kau, selamat tinggal.... aku akan hidup dalam kenangan kita, hingga aku menua, dan mencapai titik terakhir usia. aku memiliki kenanganmu, ah, meski bukan dirimu.

kau, apa kabarmu di depan sana? apakah itu kata maafmu yang samar kudengar dari sini?

maaf, untuk segalanya.

terlalu samar, aku tak mampu mendengar seluruh kata yang kau ucapkan.

aku mencintaimu. tapi, ada yang menungguku di depan sana.

selamat tinggal.

maaf, aku tak mampu mendengarmu dari sini. terlalu samar.
apakah kau mencintaiku? aku hanya ingin tahu, tapi entah bagaimana, kotak ini bagai tak bertepi.

aku mencintaimu, tapi tak ada jalan untuk kembali. aku tahu....

selamat tinggal....


Friday, February 17, 2012

Surat Ketujuh: Aku Masih Mencintaimu, Tentu Saja

gambar di sini!



hei, kemarin hari lahirmu... tujuh tahun berlalu sudah.. tapi, seperti baru kemarin.... terkadang, entah bagaimana, kita kerap mempertukarkan waktu dalam sebuah masa lalu.

apa kabarmu? :)

jika kau bertanya apakah aku masih mencintaimu, tentu saja aku tak perlu berpikir lama untuk menjawabnya. aku masih mencintaimu. ah, bukan, aku tetap mencintaimu, sampai kapan pun. kau adalah sebentuk kenangan yang kusimpan dalam botol kaca yang kulapisi mantra-mantra. dia tak akan pernah bisa pecah berkeping-keping, pun ia terhempas berkali-kali.

hei, kau tak bertanya kabarku? :) hmm, ada banyak hal yang kulewati tahun kemarin. berpindah kota, berpindah pekerjaan, dan sempat berpindah hati pula. haha. begitulah. terkadang, kita ada sesuatu yang tak bisa kita pastikan. yah, karena katanya, tak ada yang pasti di muka bumi ini bukan selain ketidakpastian itu sendiri, kan? :p

tahun lalu, aku bertemu seseorang yang menyenangkan. dia membawakanku tawa setiap waktu. namun, suatu malam, dia membawakanku kesedihan. bukan dalam bentuk luka, kali ini. hanya dalam bentuk sebuah perasaan ganjil, semacam perasaan gamang. dia sempat bilang, mungkin dia bukan orang beruntung yang nanti akan aku ceritakan dalam surat panjang kepadamu--ya, dia membaca surat keenam yang kutuliskan untukmu tahun lalu. 

namun, dia sempat menjelma kenangan manis dalam fragmen langkahku--mengenangnya membuatku tersenyum, mungkin karena dia bawakan bahagia, yang mengaburkan luka hatiku kala itu. tapi, takdir kami tak bersilangan. demikian garis takdir katakan.

apakah aku mencintainya? entah. jika cinta adalah sebentuk perasaan bahagia, mungkin bisa dibilang, aku mencintainya. jika cinta seperti kamera polaroid, yang instan, mungkin bisa dibilang, aku mencintainya. tapi, cinta--yang aku tahu, adalah sebuah perjalanan panjang, "yang selalu menjagamu dari malam-malam kelam, dari kegamangan, pun dari prasangka terburuk sekalipun. karena itulah memperbincangkan cinta akan selalu menarik, tak ada habisnya."* 

kala itu, percakapan panjang kami tak ada habisnya. namun, kegamangan terkadang menelusup dalam malam-malam kelam. jadi, aku pun tak pasti, apakah kisah setahun lalu itu cinta atau bukan. 

tapi, yang pasti, aku mencintaimu. kau tahu, jika kau menyimpannya di sudut terjauh hati, cinta akan tetap di sana. mungkin begitulah cinta yang sebenarnya--cinta yang tak pernah habis dalam hitungan hari. cinta bukanlah sesuatu yang rumit, bukan, hanya sesuatu yang membuatmu tenang--membuatmu nyaman. dan, yang terpenting, membuatmu tak hilang harapan.

ya, aku mencintaimu. mengenangmu membuatku tenang, menyelipkan senyum di bibirku, dan membersitkan doa dalam hatiku. aku menyimpan cinta itu tetap di hati--agar ia tak menguap dan menyusut hanya karena terkena panas-dingin musim yang sedang tidak jelas. 

selamat hari lahir, adikku sayang. semoga cinta bisa menghangatkanmu di sana. karena cinta itu hangat, meski dalam bentuk sederhana; sebuah doa.

semoga Dia pun mencintaimu dan menempatkanmu dalam tempat terbaik-Nya.... 

amiin.


ah, aku terlalu banyak bicara tentang diriku sendiri, rupanya. tapi, entah kenapa, saat keping kenangan tentangmu kurekatkan satu per satu, ada air mata bersirebut jatuh--mungkin bukan karena kesedihan, hanya karena aku merindumu. terkadang, air mata jatuh bukan melulu karena kesedihan bukan, juga karena ada kebahagiaan yang menguar. 

ah, sungguh, aku ingin tahu, apa kabarmu di Sana? semoga, selalu bahagia yang kau rasa. :)





__________________________
*kutipan tentang cinta ini juga saya tuliskan dalam blurb novel Tentang Cinta (Bukune, 2012).

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin