Penjual Kenangan

Friday, October 15, 2010

ketika hari-hari menghilang



"hari-hari menghilang. dan aku masih mendapati langkah masih menjejak di sini. pada awal yang sama," ucapmu kepadaku suatu hari.

katamu, kau tak bisa lagi merasakan garangnya matahari berkali-kali menyentuh kepalamu, menggores lembut kulitmu. "tidak seperti dulu," tambahmu lagi.


dan, lalu, kau ceritakan tentang janji yang kau ucapkan kepada seseorang yang begitu kau sayangi, "satu tahun lagi, aku akan kembali. membawakanmu sebuah lukisan kisah yang sempurna. kisah cinta," janjimu.

dan, ternyata, sampai satu tahun ini, kau tak menyelesaikan apa-apa. tak satu lukisan kisah pun yang kau beri bingkai. yang sempurna, inginmu.

lalu, kau duduk di sampingku. kau tahu, saat itu, aku melihat banyak kisah di matamu. yang berkeliaran tak berarah.

"jika ada yang bertanya padamu tentang lamanya waktu, katakan kepadanya, ia seperti angin," ujarmu cepat, menatap padang ilalang di hadapan kita; seakan tak ingin membagi sepenggal kisah pun yang ada di matamu itu. "yang datang tanpa kau sadari, dan pergi begitu saja, sebelum sempat kau suguhi sesuatu," kau selesaikan kalimatmu, seakan menyesali, satu-dua hal, atau mungkin lebih dari itu.

aku belum sempat mencoba mengkalkulasi lamanya waktu, dalam benakku. "itulah hitungan lamanya waktu. jika kau tak berhasil mencampur warna menjadi sempurna," katamu lagi, lalu berdiam. lama.

hari semakin petang saja.

aku tak berhasil mencari-cari kata-kata--yang juga sempurna--untuk menimpali ceritamu.
lalu, aku hanya diam. kau pun diam.

dan, kau tahu, kala itu, aku benar-benar merasakan keheningan. yang sungguh-sungguh sempurna. ah, mungkin saja. atau, itu hanya perasaan yang ganjil dalam diriku saja?

No comments:

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin