Penjual Kenangan

Thursday, October 28, 2010

Rain Dryer di Karnaval Hujan





Di kota itu, aku tak bisa membaca arah.

Tapi, kau tahu, di sana, mereka seperti punya hair dryer untuk hujan—hmm, kalau begitu, seharusnya, disebut rain dryer ya? ;)

Baru saja hujan seperti sedang berkarnaval ke bumi. Dan, kau berdiri di persimpangan dengan sebuah payung yang tak sempurna melindungimu. Hujan dengan lincah mengajakmu berpartisipasi dalam karnavalnya meski kau sedang terburu-buru—ataupun sedang menggenggam resah, misalnya.

Belum sadar bahwa langkahmu sudah menjejak dengan pasti atau belum, tiba-tiba saja, ziiiing, langit cerah seketika. Rain dryer bekerja dengan sangat baiknya. Dan, kau tiba-tiba kau merasa ganjil dengan payung di tanganmu, dan percikan lumpur di kaki dan ujung celanamu.

Hei, matahari sudah kembali! Membubarkan karnaval hujan, tanpa sisa. Kau pun akan sedikit lupa dengan resah yang tadinya begitu erat di tanganmu.

Ah, kota itu, cukup menarik, bukan?

Tapi, di kota itu, aku tak bisa membaca arah. Atau, belum? Perlukah kembali?

1 comment:

pencakar langit said...

belon bisa membaca arah. makanya sering2 muter2 ama chizumi hahahaha

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin