Penjual Kenangan

Monday, December 27, 2010

sebelum desember silam



desember masih menengok ke belakang, masih memastikan jejaknya tertinggal di sana. kita bilang, "ya, kami masih melihat jejakmu. jangan risau, kami akan mengingatmu. setahun lagi kita bertemu, semoga."
ia tersenyum, kau lihat juga kan, ia tak lagi meragu.

"desember, beruntung dia menutup sebuah perjalanan. ia akan dikenang," kataku, tiba-tiba merasa dikepung sendu.
"aku mengenang setiap waktu," sahutmu. tak hanya desember, sepertinya. dan, kau tersenyum.

mungkin, aku pun begitu. tapi bukankah desember beruntung berada di penghujung hitungan tahun?  ya, kan? masih saja hal itu berkelebat di benakku. menyenangkan. tiba-tiba ingin jadi desember. yang pastinya penuh kenangan. menjadi januari? ia pun ditunggu-tunggu. tapi, aku lebih ingin jadi desember, yang pastinya  mempunyai tumpukan-tumpakan kenangan di sudut kamarnya, berkarung-karung, mungkin. tapi, saat januari, kau bisa memulai cerita baru, kisah baru. sebuah novel baru. roman tak-picisan yang baru. menyenangkan juga sepertinya. *haha. pikiranku meloncat-loncat, seperti biasanya--ada yang pernah bilang seperti itu. aku tak percaya. benarkah? :( *

oh, ya, aku ingat kau pernah bilang. suatu hari, dulu.
kau sedang memulai bab pertama dalam novelmu.
dan, kita tahu, cerita itu berlanjut,
dan ternyata waktu merampungkannya, 

sebentar lagi. ;)




2 comments:

Elvin Boers said...

keren...
bahasa nya puitis,
tp makna nya msh bs tertangkap.;)

salam kenal ya,
elvindb

De said...

Aku juga suka Desember,
pernah juga berharap untuk tidak beranjak dari bulan itu,
namun kutahu, Januari pun tidak ingin membiarkan Desember mengambil alih waktu,
maka dari itu kubiarkan saja, kenangan itu bertumpuk-tumpuk disana, setahun lagi, aku akan membacanya dengan tawa bahkan berurai air mata. ya, semoga setahun lagi masih bertemu dengan Desember...
^_^

*mencoba merangkai kata kayak mbak, Iwied. Udah bagus belum?* hehe...

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin