kenangan itu telah terlalu lama berputar-putar, tak beranjak ke mana-mana. adakah yang ingin menukarnya dengan harapan?
Wednesday, January 26, 2011
Telur Asin (Asli Brebes)
Saya penyuka telur (sangat), tapi entah kenapa tidak terlalu suka telur asin (meski itu dibawa dari Brebes, daerah aslinya). Mungkin, karena kebanyakan telur asin dibikin dari telur bebek kali ya. Bebek kan polos-polos gitulah. Jadi, kasihan kalau udah dimakan dagingnya, eh telurnya dimakan juga. Hehe. Saya tidak suka karena asin dan rasa kesatnya itu loh kurang pas di lidah saya (lah, itu kan yang khas dari telur asin ya? :D)
Padahal, katanya, telur asin itu bergizi tinggi--sementara, kayaknya, saya kekurangan asupan gizi nih. Jadi, mungkin, saya harus membiasakan diri untuk menyukai telur asin, mulai menyukai hal yang tidak/kurang saya sukai--mungkin, ada banyak keajaiban di sana. :) Lagi pula, bikin telur asin kan nggak kayak telur ceplok atau rebus atau dadar yang bisa dalam selemparan batu, kalau dalam hitungan jarak. Konon, telur asin (yang asli dan dibuat secara sederhana) itu diperamnya selama 14 hari. Lama banget, ya, sementara makannya sekedipan mata--bagi yang suka.
*Duh, nulis apa sih ini, nggak jelas. Mungkin, ini gejala stres karena editan nggak kelar-kelar. :p*
Ini ada link cara bikin telur asin (di sini ya). Jadi inget waktu SD pernah bikin telur asin buat pelajaran di sekolah--pelajaran keterampilan kalau nggak salah. Kalau nggak salah (lagi), waktu saya kelas empat SD--serasa ribuan tahun cahaya yang lalu mengenang anak kecil yang sudah mulai sering kesiangan dan mulai hobi nyasar itu *sigh*.
[Happy Tuesday! Semoga doa-doa tadi malam dikabulkan. Amiin. ^^]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment