Tuhan,
sedang apa dia di Sana?
jika ada butiran jatuh dari matanya,
tolong sekakan dan sampaikan padanya, "senyumnyalah yang dulu menghapus jejak kesedihan pada hati kami".
Tuhan, sampaikan padanya, "selamat hari lahir!"
tak pernah dirayakan memang.
tapi, di dinding kamar ibu masih ada sisa-sisa kapur tulis, yang mengeja nama dan waktu kelahirannya.
masih tertera di sana: harinya esok, bulan ini. (dan pada saat yang sama, telah Kau tetapkan pula bahwa 19 tahun nantinya, hari yang sama, ia dan Kau akan berjalan bersama. pulang).
"bulan lahir kita sama," katanya. ia selalu bilang, setiap tahunnya. dan selalu dengan tawa. ya, kita memang diciptakan pada musim yang sama nyamannya. musim cinta, kata mereka-mereka.
Tuhan,
esok, usia akan semakin jauh meninggalkannya. akan semakin jauh.
ah, tapi, tak lagi. usia tak lagi mampu meninggalkannya ataupun mengejarnya.
"selamat hari lahir"--memang yang tak akan pernah bisa kita rayakan lagi.
tapi, akan kukirimkan bingkisan doa.
selalu.
tenanglah bersama-Nya di Sana ...
--dua tahun sudah, Dik. kau akan selalu ada, dalam setiap doa--
1 comment:
Speechless...
Post a Comment