Penjual Kenangan

Monday, February 21, 2011

Dear You



Dear You,
Satu undak usia akan kembali kutinggalkan. Sudah jauh ternyata perjalanan (panjang) ini. Dan, entah sudah berapa banyak yang sudah kulihat, entah sudah berapa banyak pula "yang tak sia-sia" yang bisa kukumpulkan,  untuk mengisi pundi-pundi kisah. Entah, semoga pundi-pundi itu bukan bagai saku yang berlubang atau sebuah ayakan dengan jaring-jaring terlalu besar. Semoga ada yang tersimpan di dalam pundi-pundi itu. Agar usia tidak hanya bagai angin, yang menyiur melewati, menyapa pepohonan dengan sepoian ringan yang bahkan tak terasa. Agar usia tak berisau hati dalam menapak undakan itu dalam setiap tahunnya, ketika catatan pengingat itu kembali berbunyi.

Kau tahu, aku tak pernah lupa akan itu--segala sesuatu tak terjadi dengan sia-sia: aku memahami bahwa segala persimpangan yang kutapaki tak begitu saja terbentang di depanku. Segala sesuatu yang mengaral di perjalanan ini tak begitu saja jatuh dan duduk manis di sana. Aku telah memahaminya sejak lama. Namun, Kau tahu, begitu banyak lupa bersirebut mengisi ruang, mengisi jeda. Dan, menjelma di sana. Melupa. Maaf. Masih bolehkan aku sampaikan kata itu?

Dear You, 
Seperti yang telah aku ceritakan sebelumnya, aku berharap usia di depan sana menantiku dalam sebuah ferris wheel, dengan udara sore hari yang hangat. Ada yang mungkin mulai merapuh karena matahari yang garang sehingga aku menjadi lebih menyukai petang kali ini--yang sempat tidak aku sukai. Roller coaster tak cocok lagi untukku--kurasa. Tapi, bukan berarti aku tidak suka kejutan-kejutan dengan campuran banyak warna dan rasa seperti itu. Tentu saja aku masih akan merindukannya. Bukankah itu yang menjadikan hidup itu hidup? Campuran warna dan rasa itu, bukan bagai gula-gula yang kelupaan diberi pewarna dan perasa. :) Tapi, hanya saja, jangan terlalu banyak (aku masih orang yang sama, ya, yang terlalu banyak keinginan ini itu--maaf jika merisaukan atau malah menjengkelkan. :p)

Kau tahu, aku menyukai petualangan (masih), dalam sebuah perjalanan. Aku rasa, aku masih mampu mendaki undakan-undakan yang tinggi ataupun melipir di tepi-tepi yang curam. Namun, tentu saja dengan kawan seperjalanan yang selalu ada mengulurkan tangannya ketika aku terjatuh--yang sangat sering terjadi dalam perjalanan-perjalanan panjang dengan aku sebagai pejalannya. Aku mungkin mampu berdiri sendiri kala itu terjadi, tapi Kau tentu lebih tahu bahwa uluran tangan bisa membuat seseorang cepat melupakan bahwa ia pernah terjatuh; kejutan dan sakitnya. Kau tahu, dalam perjalanan berikutnya, aku ingin lebih banyak mengabadikannya dalam sebuah gambar, dengan banyak campuran warna bahagia. :)

Dear You, 
Entah aku menulis apa pada sore ini. Mungkin, ini semacam ketakutan karena menyadari usia akan semakin jauh meninggalkanku, sementara aku bagai berdiri di tempat yang sama. Menjejakkan langkah, tetapi masih dengan sebentuk keraguan-keraguan panjang itu. Seorang peragu? Tentu saja aku tak mau disebut seperti itu. Kau tahu, aku bukan peragu, hanya terkadang terlalu mempunyai banyak pertimbangan akan sesuatu. ;)

Dear You, 
Kau sudah membaca daftar panjang mimpi-mimpiku? Apakah terlalu banyak? Ataukah terlalu seperti seorang gadis kecil dalam coretan tak jelas dengan pensil warnanya? Ataukah terlalu rumit bagai sajak-sajak absurd?

Ah, sepertinya, aku tahu Kau bukan penilai seperti itu. Kau tentulah lebih tahu apa yang harus jadi bekal di dalam perjalanan panjang ini. Bahkan, tentu saja pertanyaanku itu sangat bodoh. Kau tentu tahu apa yang tersembunyi di dalam ruang tergelap sekalipun di sudut jauh sana. Ah, maafkan (lagi). 

Dear You, 
Kau tahu, ....
--Kau pasti tahu, tentu saja. :)


--ketika matahari semakin menua di atas sana. dan, langit tidak pernah bosan kepadanya. [21 Februari 2011]


[i owe the pic!]



No comments:

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin