Penjual Kenangan

Sunday, March 08, 2009

hari tidak lagi menyenja



hati-hati dengan keinginanmu,” kata seorang teman. jamuan perkenalan sore itu penuh gelak tawa, seakan-akan kami sahabat lama. 
 
tapi, mungkin juga karena dia telah menjelma keinginan, mewujud cinta. ah, terbaca jelas bahagia di matanya.
“hati-hati dengan keinginanmu karena suatu saat keinginan itu akan terwujud.”
percakapan pada pertemuan pertama itu berisi lembaran-lembaran cerita lama. menyenangkan memang jika kita membuka lembaran pada kisah yang sama.
aku teringat kau,
teringat pada percakapan di bawah hujan, di antara langit yang menyenja. percakapan yang kehilangan tawa.
kata-kata seorang teman itu terus saja menggema.
dan, percakapan kita itu pun seakan-akan menguar di udara. 
 
ya, aku akan belajar hati-hati dengan keinginanku.”

margonda raya, 7 maret 2009


3 comments:

peri musim said...

makanya, dipikir dulu baik2, trus berani ambil risiko..... hehehe. caiyooo iwied...
lu--diucapkan dengan nada"nya", pasti bisa! hihihi

"kenapa lu?"

Anonymous said...

jangan pernah menjadikan suatu keinginan menjadi suautu kebutuhan, karena belum tentu semua keinginan itu baik ^_^

penjual kenangan said...

@zulhaq: setuju. katanya, "apa yang kau sukai belum tentu baik untukmu"--jadi seperti itulah. hehe. mungkin, kita emang harus selalu hati-hati mengucapkan keinginan.

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin