Penjual Kenangan

Saturday, April 28, 2012

Kau

gambar di sini!



Aku menatap nanar pada meja di sudut tempat makan favorit kau-aku itu. Mataku tiba-tiba terasa panas, dadaku sesak. Dan, kau tahu, aku berusaha keras menahan sesuatu yang hangat di sudut mataku. Kau ingat, hari itu kita bertemu di sini. Aku sibuk dengan makananku, tak menyadari dirimu berada di meja seberang itu.

Kau di sana, diam-diam telah lama memperhatikanku. Lalu, "Oh, kamu, " aku terpaku. Ada yang berbeda dengan dirimu hari itu--sesuatu yang telah lama kuharap kau lakukan. Dan, ada secercah bahagia merekah dalam hatiku kala itu. Kau tahu?

Lalu, hari ini, kau seakan duduk di sana. Diam-diam memperhatikanku. Air mata mendesak di kedua bola mataku. Kau tahu, saat ini, aku berusaha keras agar ia tak jatuh. Karena... kau telah lama menjelma bayang-bayang....


Kau, semoga kau damai bersama-Nya....





#NewNovel. ;)

5 comments:

putuindarmeilita.blogspot.com said...

Kalau gaya tulisanku gak seperti itu gak papa toh, Mbak Wied. Aku... sepertinya lebih lugas dalam nulis sebuah cerita. Kaya... terjemahannya Harry Potter. Kadang itu yang bikin aku agak minder... untuk kirim draftku ke penerbit. (^^)

penjual kenangan said...

hehe, gaya tulisan kan sebenarnya disesuaikan dengan isi novelnya, lita. kalau memang lebih cocok dengan gaya yang lugas, kenapa nggak. yang penting, ceritanya menarik dan gaya berceritanya ngalir dan enak dibaca. :D

Annur Shah said...

bagus cara nulisnya,,,, hehhee

putuindarmeilita.blogspot.com said...

Thank you mbak Iwieeeeedddd *peluk erat2*

Anonymous said...

Ada yang bisa kita dapat dari sebuah kenangan, sesuatu yang tidak kita temukan dalam kenyataan atau impian. Kenangan kadang memaksa kita kembali meringkuk di sudut ruang kehidupan, namun kadang, ia menerbangkan kembali asa yang pernah ada, berdesir di palung hati kita dan membuncah-buncah di aliran darah. (Hore...aku terpengaruh tulisan kamu!) ~philocomedy.tumblr.com

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin