Penjual Kenangan

Wednesday, July 20, 2011

Cinta, Begitu Kita Menyebutnya :)




Bagaimana wujud cinta (yang sebenarnya) secara nyata?
 
Jika ada yang bertanya padaku, aku mungkin akan kesulitan mendefinisikannya dan akan menjawabnya secara bertele-tele. Yang aku tahu hanyalah (semacam) cinta—bukan cinta (sebenarnya)—yang bagai perjalanan panjang ataupun perjalanan singkat, yang penuh persimpangan-persimpangan. Yang di setiap persimpangan ada tawa yang, rasanya, mampu mengentaskan kemiskinan di dunia. Ada luka yang mampu menenggelamkan dunia akibat bulir-bulir air mata yang mengucur deras di setiap guratnya. Ada ragu mengabu yang mampu menyamarkan arah paling jelas sekalipun—pun kau berbekal peta dan kompas paling canggih di dunia. Dan, ada berjuta kenangan yang terperangkap dalam sudut-sudutnya (mungkin seperti serpih kue kering yang melekat di ujung toples kaca dengan lingkaran sempit, tanganmu tak mampu mencapai sudutnya guna membersihkan bekas-bekasnya). Mungkin, itulah yang disebut (semacam) cinta itu. Definisi yang rumit dan boros kata.

Jika aku diminta untuk mendefinisikan cinta dalam satu kata, aku akan tergagap untuk menjawabnya: tak bisa didefinisikan dalam satu kata! Aku akan protes keras tentang itu.

Yah, yang kubilang itu hanyalah (semacam) cinta, bukan cinta yang sebenarnya.

Hei, gadis kecil, aku sudah mulai berceloteh panjang saja tentang hal-tak-jelas, ya? Maafkan. :)

Gadis kecil, bagaimana hari-hari pertamamu di sini? Sedikit gerah ya? Tak masalah, akan ada alat bernama kipas angin dan AC di sini, juga ada kipas-suvenir, yang bisa bikin adem. :D Sedikit bising juga ya? Iya, mungkin karena kami sering bolak-balik untuk sekadar melihatmu tersenyum kecil, atau bahkan untuk melihatmu menangis karena terasa janggal jika kau anteng-anteng saja. Haha, itulah, ada-ada saja yang kami harapkan dari gadis sekecil kau, newbie di dunia ini. Tapi, kau seperti keajaiban, yang mampu membuat orang tertawa dan menangis secara bersamaan. Tanpa kau bersusah-susah melatih akting untuk menjadi pelaku stand-up comedy—itu salah satu profesi yang bisa digeluti di sini, nanti kau juga akan tahu. Dan, jangan kaget kalau ada jokes mereka yang (nggak) lucu. Hehe.

Kau, sebulan setelah perayaan ke-28 hari lahir ibumu (aku dan ibumu bersahabat; semoga sepanjang jalan seperti kasih ibu, bukan sepanjang penggalan. Amin, ya Allah), kau hadir di semesta ini. Gadis mungil dengan pipi gembil. Hehe, akhirnya, bertambah satu lagi anggota suku Pipi Tembam, menjadi empat orang—aku, ayahmu, Aunty Nulur *aduh, aku belum menemukan panggilanmu untukku :(*, dan kamu—gadis kecil—Anya (aku suka nama panggilanmu itu. Unik. ^^).

ini foto aku dan ibumu waktu kami di yogya, pada suatu ketika. suatu hari, jangan lupa tanyakan padanya, ya, tentang suatu kisah di kota cinta ini ;)

Oh, ya…, aku ada satu permintaan untukmu: hmm.., semoga kau tak menertawakan berbagai rahasia yang kuceritakan kepada ibumu…. Saat aku menceritakan itu, sepertinya, aku sedang mabok berat, terpeleset, dan merasa akan ditelan black hole sehingga perlu tangan kuat seperti tangan ibumu untuk membuatku berdiri tegak. Membuatku berjalan tegak, tidak bungkuk seperti yang sering kulakukan…. Ya, aku tahu, aku selalu meminta tangan ibumu meraihku agar tidak terjebak di dalam black hole—dan, terkadang menyisakan gurat-gurat luka di kulitnya. Hiks. Seperti itu… :(

Hehe, aku terlalu mendramatisasi deh. Rempong—itu istilah populernya saat ini. Yang sebenarnya adalah… hidup itu indah. ^^ Ada cinta di sana, kau tahu. Kala menemukan cinta, dunia akan iri kepadamu. Bahkan, kisah-kisah cinta sejati dikumandangkan di seluruh dunia, tak habis-habisnya diceritakan dalam roman-roman picisan, juga dipentaskan dalam drama-drama di panggung spektakuler.

Romeo-Juliet, kisah cinta mereka tak lekang dimakan masa. Sampek-Eng Tay, kisah cinta mereka juga tak kalah populernya. Bahkan, ada juga kisah cinta seorang laki-laki pada seorang gadis, yang membuat laki-laki itu terjebak dalam lubang kelam (cintanya) yang gila—Laila Majnun, orang-orang menyebutnya. Suatu hari, kau akan tahu kenapa kisah klasik cinta Qais dan Laila dari tanah Arab itu dipuja-puja, membuat iri para wanita. Namun, kau tahu, aku tak iri kepada Qais dan Laila—aku tak ingin seseorang hilang akal ataupun terjebak dalam sesuatu yang “gila” karena bukan cinta jika kau tak bisa membuat cinta tak lagi mewujud cinta (yang sebenarnya).

Kau tahu, setelah rahasia-rahasia yang pasti kau dengar ketika aku bagi kepada ibumu, aku bagi satu lagi rahasia kepadamu: aku iri pada cinta Gita dan Wira—ayah-ibumu.

Suatu hari, ketika kau beranjak dewasa dan mendengarkan kisah panjang cinta mereka, kau akan tahu kenapa aku begitu iri pada cinta mereka dan berkaca-kaca saat melihatmu dalam pelukan ibumu, sementara ayahmu menatap kalian berdua dengan musim semi di matanya.

Suatu hari, kau akan tahu, Anya. :)




p.s.
Kau tahu, saat kau hadir ke semesta, di luar sana, matahari menyala—sedang garang-garangnya. Saat itu, aku sedang berada dalam bus menuju ke rumah sakit itu. Kau dan ibumu harus melalui operasi karena pembukaan tak maju-maju (uh, ya, aku tak bakat menjadi dokter sehingga kata “operasi” saja membuatku bergidik ngeri), aku mendapatkan kabarnya. Aku tak bisa membayangkan pisau tajam membuat garis melintang di perut ibumu dan ada tangan-tangan yang mengeluarkanmu dari dalam “rumah”mu selama 41 minggu itu. Kau tahu, banyak penyesalan saat itu—semoga hari ini dan kelak, aku bukan lagi orang yang selalu suka terlambat untuk menyadari bahwa semesta (harus) berpusat pada yang Dia tetapkan, bukan padaku.

Maafkan, aku tak ada di sana dan hanya bisa mengirimkan doa kepada-Nya: Tuhan, aku tak akan memaafkan diriku sendiri kalau terjadi apa-apa pada mereka. Jagalah mereka berdua. (Maafkan hanya doa terburu-buru itu yang kukirimkan untuk menyambut kelahiranmu….) Dan, kau tahu, Tuhan Mahabaik. Ayah ibumu orang baik, dan Dia tak akan mengecewakan mereka, tentu saja.
Saat sampai di rumah sakit tempat kau menghirup napas pertamamu, aku mendapatimu berada dalam kotak kaca. Terentang petak ruang dan kaca di antara kita. Tapi, kau tahu, aku seakan dapat mendengarkan embusan napas kecilmu. Perasaan, tak dapat kudefinisikan.

Yang kutahu, aku terpaku dan melihat wujud cinta—begitu nyata—di sana. Di bawah cahaya lampu. Jika saat itu ada yang memintaku mendefinisikan bagaimana wujud cinta (yang sebenarnya) dalam satu kata, akan kujawab: cantik. :) 

Selamat datang gadis cantik, Nyala Matahari Wirawan.



[Kota Serang, 20 Juli 2011, dua hari setelah kau menjadi newbie di semesta^^)

p.s.s: oh, iya, menuruti keinginan Eyang Uti-mu, panggilannya tidak jadi "Anya", jadinya "Nala". Terdengar manis juga, Nala. Aku suka. :)

5 comments:

De said...

wah, ini anaknya mbak Gita yaaaa?
cantiknyaaaa..
semoga menjadi anak yang sholehah, berbakti sama orang tua, bangsa dan negara. semoga kelak, bisa menjadi bidadari surga juga...
salam y mbak bwt, mbak Gitanya sekalian peluk cium bwt gadis kecil ini.. :)

kokoh je said...

Beautifully written, wied.
You'll make a great mom someday :)

Rona Nauli said...

namanya cantik ya, panggilannya juga ...tulisan tantenya juga cantik ^^

penjual kenangan said...

@de: iya, ini putrinya gita. :) amiin untuk doa-doanya, de. nanti salamnya disampaikan. thx ya. ^^

@kokoh je: thx, stranger. :)

@rona-nauli: waa, makasiii, rona-nauli. fotomu jg cantik. ;)

Mentari said...

wah, lucu banget anaknya Mba Gita. Dan aku suka sekali namanya.... :)

Nyala Matahari, keren yaa?!

Hi, gadis kecil, Nala...
Aku Mentari. Kamu Matahari. Suka.:)

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin