“ORANG PATAH HATI dilarang
keluyuran sendirian. Hatinya bisa komplikasi kena udara malam,” sambut Luna. Ia
sudah duduk di teras rumah indekosku.
Telepon darinya mengembalikan
langkahku yang tadi hilang arah setelah bertemu Tiffany dan Gilang. Aku duduk di
sampingnya, tetapi tidak menyahuti kelakar yang ia lontarkan. Benakku masih dipenuhi
suara-suara.
Apakah cinta adalah tentang waktu bersama ataukah tentang kerelaan berkorban untuk
hari depan? Mengapa ketika diam-diam aku meninggikan
tembok rumah impian Tiffany, pelan-pelan aku juga justru merobohkan cinta kami?
“Fi, kamu
nggak cocok dengan muka murung begitu,” ujar Luna. “Yang berlalu, biarkan
berlalu. Kesedihan tak
akan pernah kedaluwarsa. Kita tertawakan saja.”
Aku tak menemukan
kata yang tepat untuk menjawabnya.
“Memangnya, kamu mau melewatinya dengan apa? Menangisinya?”
“Bagaimana kalau dengan nggak membicarakannya?” sahutku.
Kami terdiam beberapa jeda. “Kalau begitu, sampai bertemu lagi. Titip berkas
ini buat di kantor.” Luna menepuk bundelan di sampingnya.
“Eh, kamu mau ke mana?”
“Cuti, liburan ke Dufan. Hehe.” Luna sudah berdiri. “Aku mau ke makam ibuku,
di Malang,” ungkapnya. “Aku balik, ya. Nggak enak mencuri panggung kesedihanmu.”
Ia masih sempat meledekku.
"Luna,"
kejarku, meraih tangannya.
“Terima
kasih sudah menolakku.” Kata-kata itu terlontar begitu saja. “Saat sudah jatuh
cinta kepadaku, kamu mau mengakuinya?” Entah bagaimana, bersama wanita ini,
aku jadi mudah berterus terang.
Luna malah tertawa.
“Fi, cinta bukan untuk
diberitakan. Tapi, bukan juga untuk dirahasiakan,” ucapnya. Ia
menatapku dengan tatapan yang kelak baru kumengerti.
“Saat sudah
bisa melepasnya, kamu mau mengakuinya kepadaku?”
Pertanyaan
itu membuatku kelu.
“Tidur, Fi. Besok pagi kamu
kerja. Aku juga harus mengejar kereta pukul 10 pagi,” imbuh Luna. “Tapi, kalau
Raafi-si-gila-kerja-ini mau bolos dan ikut aku, kabari saja. Hidup ini
singkat, jangan habiskan dengan muka masam begitu. Sudah berapa lama kamu nggak
liburan?"
Luna kemudian menjauh. Tak
menunggu jawabanku.
***
AKU rebah di tempat tidur, dengan seprai biru pilihan Tiffany. Bayang
wanita yang kusayang itu melintas. Ia tadi tampak begitu sedih. Apakah aku telah menyerap
kebahagiaannya?
Aku meraih ponsel. Nama Tiffany masih di sana, dengan foto favoritku. Senyum bahagianya abadi dalam foto
itu, di bawah cahaya sore saat aku wisuda. Hatiku berdebar. Rasa sayang ini begitu
luas untuknya hingga tak menyisakan untuk yang lain. Bahkan, mungkin untuk
diriku sendiri.
Fan, aku memikirkanmu. Draf pesan itu
tersimpan di ponselku, sejak hari pernikahan Tiffany dan Gilang.
Hidup ini singkat, ucapan Luna mengiang.
Aku
menghela napas. Hari ini, lima menit berdiam diri bersama Tiffany dan Gilang
terasa begitu panjang. Lalu, saat bersama Luna tadi, waktu tiba-tiba berlalu begitu cepat.
Fan, aku
memikirkanmu,
tetapi aku
harus melepasmu....
Agar kau bahagia.
Aku pun
bahagia.
Aku menghapus pesan itu. Lalu, mengetik pesan baru.
Tidak panjang, tidak pendek.
Sent.
Pesan itu terkirim.
Kepada Luna.
Semoga ia tersenyum ketika membacanya.
Sesekali, aku harus berani keras terhadap diriku sendiri—dan kini adalah
saatnya. Kesedihan tak akan pernah kedaluwarsa jika kita tidak menentukan batas
waktunya.
Agar hidup singkat ini tak habis sia-sia.
Aku menutup mata. Melapangkan dada; memberi tempat untuk maaf dari
Tiffany, juga maaf dari diriku sendiri. Berharap esok terjaga dengan rasa
berbeda.
Fan, I think of you. But
I have to let you go.
Karena akhir bahagia adalah
milik orang-orang yang berani melangkah ke muka dan memperjuangkannya.
—FIN—
_________________________________________________
PS.
Psst, ini adalah bagian terakhir dari menulis berantai “Lifted Up” #TimMoveOn.
Kamu—sebagai pembaca—bisa ikut serta di
tulisan ini. Caranya?
1.
Tuliskan isi pesan Raafi kepada Luna. Pesan
apa, sih, yang dikirimkan Raafi?
2.
Twitpic pesan Raafi untuk Luna versimu itu,
mention @widya_oktavia @GagasMedia
3.
Gunakan tagar #TimMoveOn #LiftedUp
#LoveCycle
Jadilah bagian dari kisah Raafi dan Luna.
Juga #TimMoveOn, pastinya.
Satu orang beruntung akan mendapatkan
sebuah buku Penjual Kenangan bertanda
tangan dari saya.
Good luck! ;)
Salam,
@widya_oktavia
#TimMoveOn
________________________________________________