Penjual Kenangan

Wednesday, June 18, 2014

untuk perempuan kurus banyak bicara





ini untuk seorang perempuan kurus banyak bicara. aku dan perempuan itu selalu belajar bersama-sama, tentang banyak hal. 

aku masih ingat kali pertama berjalan jauh bersama perempuan kurus yang tak henti membicarakan abangnya yang mengenalkan banyak bacaan, ketika kami menembus jalan setapak penuh ilalang menuju sebuah kampus. tentang papanya yang lebih suka naik kendaraan "loncat-loncat" kala menuju jakarta dari sumatra. juga tentang cinta masa sma-nya yang kala itu masih membara. dia membicarakan mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang membuatku iri karena merasa dia memiliki banyak orang penuh kasih sayang. saat itu, perempuan yang lebih kurus daripada aku itu juga lebih muda setahun. perempuan banyak bicara yang selalu berapi-api dan kerap tak bisa menahan emosinya.  

lalu, bertahun-tahun kemudian, barulah kusadari, perempuan itulah yang memiliki banyak kasih sayang di hatinya; kasih sayang perempuan itu seakan tak pernah habis. dan, bahkan ikut dilebihkan banyak, untukku. perempuan itu, gita romadhona namanya.


hei, git, hari ini sudah masuk 18 juni. 
malam kemarin, aku membaca kembali salah satu serial cantik favorit kita, kisah chizumi dan fujiomi. kau tahu, di sana, ada bagian saat kakak chizumi menikah dan pergi, perempuan itu begitu khawatir meninggalkan chizumi sendiri di rumah mereka. 
dan aku jadi bertanya-tanya, seperti itu pulakah yang kau rasakan saat kau memutuskan pindah dari "rumah" kita di margonda saat kau menikah, ketika meninggalkan gadis peragu di ruang biru? 

dalam kisah chizumi, selama beberapa lama tak lagi hidup dengan kakaknya, gadis ceroboh itu masih dibangunkan kakaknya pada pagi hari lewat telepon; hari sudah pagi, bangunlah, biar tidak terlambat sekolah, ucap si kakak lembut. membuat gadis ceroboh itu diam-diam merasa malu dan bertekad harus bisa mandiri. 

membaca itu, aku merasa menjelma chizumi. 

bahkan, sampai pagi tadi pun, kau masih membangunkanku. bukan lagi untuk kuliah, melainkan untuk sebuah rapat di tempat kerja! dan kau tak marah ketika aku tertidur kembali (meski aku kemudian menjelma chizumi yang payah). kau mungkin juga tahu, tapi jaga-jaga kau lupa, aku sampaikan kembali bahwa aku selalu bertekad yang sama seperti chizumi. hehe.

setelah tiga belas tahun dari jalan setapak menuju kampus itu, kau tahu, perempuan muda yang bersamaku itu tetap banyak bicara. suatu ketika, aku menyadari, dia menjadi lebih dewasa daripada aku. menjadi tak lagi lebih kurus daripada aku. menjadi lebih logis, menjadi lebih tegar dan sabar, dan jadi kerap mengingatkanku agar tidak suka marah-marah. belakangan ini, aku banyak belajar dari perempuan itu. darimu, git.

dulu, aku pikir aku yang akan lebih banyak mengajarkan perihal ketegaran dan ketabahan kepadamu setelah melewati banyak kehilangan. ah, kau tahu, sebenarnya, sejak awal, aku yang selalu belajar kepadamu. hanya saja, mungkin kita terkadang berharap bisa memberikan sesuatu kepada orang yang kita sayangi, tak melulu "mengambil". semoga ada yang bermanfaat dariku. karena aku ingat status facebook seorang petinggi di kantor kita. aku lupa apa tepatnya, sudah agak lama aku membacanya (kau bisa stalking nanti, kau lebih canggih dalam urusan itu). intinya, dalam persahabatan itu, harus saling menguntungkan. semoga persahabatan kita juga.

tapi, jika kau merasa tak beruntung bersahabat denganku, cobalah gali lagi lebih jauh akan hal itu. jangan cepat menyerah, mana tahu memang ada. lagi pula, sayang sekali 13 tahun yang kita lewati jika kau ingin mengakhiri hari ini, pada perayaan hari lahirmu.

ah, aku sebenarnya mencoba melucu di paragraf atas itu. maafkan jika tak lucu, soalnya hampir setahun ini, aku selalu dicekoki lawakan, hmm, kurang lucu seorang editor (komedi) di ruangan kita. sebut saja inisialnya e.l.l.y. :))) ya, setelah pernah satu asrama, satu indekos, kini kita satu ruangan di tempat kerja.

semoga untuk menjadikan hubungan lebih kuat tak melulu seseorang harus jauh terlebih dahulu. tak mengapa bukan, jika kau kuat dengan tetap dekat dan bersama sampai akhir usia.

baiklah. kali ini, aku ingin mengakui postingan ini tentang kisahku sendiri (setelah aku kerap meniru tagline sebuah blog tetangga: it's my blog, it's not about me). jadi, tak perlu kau menerka-nerka ini tentang siapa.

dan, sebenarnya, aku ingin mengucapkan selamat lahir untukmu. jauh sebelum hari ini, kau telah menjelma perempuan dewasa, lalu menjelma seorang ibu yang penuh kasih sayang. semoga kebaikanmu menjadi tabungan bahagia. tidak hanya sampai 15 tahun seperti rentang cicilan kpr. semoga selamanya.

mengutip novel tomodachi yang ditulis winna efendi, semoga kita selalu tetap ada untuk satu sama lain; karena kita adalah teman--tomodachi--dan semoga selamanya.

selamat hari lahir, gita.
terima kasih masih mau mempertahankan persahabatan kita.
suatu hari, aku ingin menghadiahkan sebuah novel untukmu. tentang kita.
suatu hari. anggaplah ini sebuah janji (seperti janji kita juga buat seorang editor di kantor kita. hehe).

aku sayang gita. melebihi siapa pun yang pernah kubuatkan sebuah--ataupun lebih--tulisan di blog ini. :D




with love,
--iwied, yang berusaha tidur pada waktu normal pukul 11, tetapi tetap gagal dan akhirnya sudah pukul dua pagi saja. yang sempat berhenti di beberapa kalimat ketika menuliskan ini, mengusap air matanya. lalu, memaki diri karena menyadari dirinya cengeng. yah, sebelas-dua belas-lah sama chizumi. :p



Thursday, June 12, 2014

sejenak

malam sudah jauh.
aku tahu seharusnya aku sudah beranjak tidur.
pekerjaan esok menunggu, tertumpuk tak selesai di atas meja.

namun, televisi tiba-tiba saja memutarkan lagu kesukaanku, tentang pulang.
tiba-tiba saja, aku ingin pulang. 
entah ke mana; karena sebenarnya aku sudah berada di rumah.

tiba-tiba saja, aku ingin pulang.
berhenti sejenak dari segala pembicaraan yang membuat isi otakmu seolah habis terkuras. hingga hal terlucu pun tak mampu memicu saraf tawa.
aku ingin pulang,
ke tempat hal paling menyedihkan pun terhapus, hanya dengan sapa tulus.
ke tempat alunan lagu-lagu sendu yang kusuka bahkan mampu menguarkan bahagia.

aku ingin pulang.
sejenak.


kepadamu





besok,
tunggu aku di kafe kecil favorit kita.
kita akan merayakan sesuatu, tentu saja. 
baiklah, memang sudah terlalu banyak yang kita rayakan, di sudut kecil kafe yang penuh buku di dindingnya.
tapi, bukankah begitu sebaiknya kita memperlakukan sebuah hari? 
tak ada hari yang tak istimewa. dan, agar pula tidak habis kebersamaan kita.
kebersamaan yang terkadang mungkin membuatmu harus mereka-reka apa lagi kata-kata yang akan lebih bertahan lama hangatnya ketimbang minuman yang kita pesan. 

namun, setelah besok, mungkin tak perlu lagi kau mencari-cari bahan cerita. dan, aku pun akan berhenti mencoba memaki diri karena terlalu banyak bicara. 

besok, tunggu aku di sudut favorit kita.
pukul tujuh malam, agar kita punya waktu sedikit lama. tidak terlalu terburu-buru agar tak mengurangi waktu tidurmu. 

besok, kita merayakan sesuatu. 
kau tahu, kata orang, kita tak tahu kapan kita jatuh cinta.
namun, kita tentu tahu kapan kita harus berhenti jatuh cinta.
aku telah memutuskan besoklah harinya.
dan, kita harus merayakannya.
kau dan aku.
kita berdua. di tempat kali pertama kita bercerita panjang. tentang apa saja, kecuali di mana kita harus berhenti. karena dalam segala mimpimu, mata angin tak pernah mengutara.

besok, 
aku telah memutuskannya. 
tunggu aku pukul tujuh. mungkin, akan lewat sedikit. tapi, aku tak akan membiarkanmu lama menunggu, kali ini.
dan, kita akan merayakan hari ketika aku memutuskan berhenti jatuh cinta.
kepadamu.


Wednesday, June 11, 2014

dalam memori




gambar dari sini




"the waters calm and still
my reflection is there
  i see you holding me
but then you disappear
all that is left of you
is a memory
on that only, exists in my dreams"




ri,

aku tak tahu bagaimana cara menghubungimu. kau telah lama menghilang dalam halaman-halaman kisah kitaya, kita memutuskan kau harus "dihapus".
tapi, seperti dahulu, sesekali, mungkin saja kau akan singgah ke sini. dan, jika kau membaca suratku ini, kau akan tahu bahwa kaulah yang aku tuju.

apa kabarmu? masihkah kau menyeduh kopi pada pagi yang tak pernah kau lewatkan? 

masihkah kau menghabiskan waktu membaca buku dengan "kiss the rain" berulang-ulang dari laptopmu yang kau biarkan menyala?

masihkah kau melewati akhir pekan dengan berlari di jalan setapak yang dinaungi pohon-pohon kapuk?

masihkah kau ingat kata-kata yang membeku di antara kita, ketika waktu tak memberi kita kesempatan lebih dulu? "aku menyayangimu, tetapi seharusnya kita bertemu sejak dulu."

aku masih ingin bersamamu, kita saling mengucapkannya. tetapi, diam-diam, kita pun saling tahu itu hanya untuk membesarkan hati yang pilu. kita tak akan pernah bisa bersama meski berjuta "ingin" kita jadikan mantra.

kata-kata pun tak mampu bersetia pada janjinya sendiri. kita? kita terbiasa menertawakan anak-anak remaja yang jungkir balik karena cinta.
kita tak lagi muda untuk melakukan sesuatu yang disebut demi cinta. dan, akhirnya kita pikir; biar mengalir saja. cinta akan membawamu ke akhir yang tepat. begitulah seharusnya kita berlaku sebagai orang dewasa.

ri,
hidup memang tak pernah seperti dongeng, yang mampu mematahkan sihir duka dengan kecupan atau peluk hangat dari orang yang kau cinta. yang mampu merekatkan repih hati menjadi seperti semula.


nyatanya, hingga kini, hati ini masih saja retak; ah, mengikis, lebih tepatnya.  


ri,
ketika kau membaca surat ini, mungkin di luar, matahari sedang garang-garangnya.
tapi, jika kau di sini malam ini, kau akan tahu.
malam ini, hujan di luar bertalu-talu. begitu pula rindu.

ri,
ketika menuliskan pertanyaan ini, aku tahu diriku akan menjelma sisipus dan tak akan ada mantra yang akan mematahkannya. tetapi, tak apa. kau harus tahu. bahwa tetap ada satu tanya yang masih saja berkeliaran di tempat paling jauh di sudut hatiku
: mengapa cinta bukan milik kau dan aku?




p.s.
ri, 
pernahkah kau dengar bagaimana akhir kisah sisipus? apakah ia akhirnya menyerah dengan apa yang ia lakukan? ataukah ia menemukan bahagia pada satu titik dalam langkahnya? 

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin