Dapat upeti dari Nala--salah satu isi bingkisan ultah temannya hari ini--karena saya berhasil benerin mainannya. :D
"Ibu Iwid, bisa benelin mainan Nala gak?" sambut Nala begitu saya membuka pintu rumah Gita Romadhona sore ini.
"Mainan apa?" Pertanyaan saya langsung dijawab dengan giringan Nala ke ruang tengah tempat mainan itu berada.
"Oh, ini kenapa?" tanya saya melihat alat pancing yang terbuat dari plastik.
"Gak bisa dimainin," kata Nala, "Ibu Iwid bisa benelin, kan?"
"Dia nungguin lo tuh dari tadi," imbuh Ibun Gita yang berada tak jauh dari saya dan Nala, "katanya lo pasti bisa benerin."
"Oh...." Saya tertawa sambil melihat-lihat bagian alat pancing itu. Ternyata tali pancingnya salah tempat dan jadi melilit di sela dudukan penggulung.
Setelah berkutat mengurai benang yang tersimpul kuat di ruang sempit itu, saya mengikatkan ujung tali yang terbuat dari semacam benang kasur di dudukan yang disediakan.
"Nih, udah bisa," kata saya sambil mencoba memutar tuas alat kail pancing mainan itu. Benang
tergulung di dudukan, menarik kail bermagnet yang disediakan di ujung benang.
"Tuh kan, Ibu Iwid emang bisa benelin," komentar Nala senang. "Ibu Iwid kan nevel gipap," tambahnya.
Semangat "never give up" dari lagu "Try Everything", soundtrack film Zootopia itu, adalah senjata Nala untuk menyemangati orang agar tak menyerah akan sesuatu. FYI, itu salah satu "lagu Nala", yang artinya kalau lo ikutan nyanyi saat Nala nyanyi, kelar hidup lo. :p
Nala langsung menghilang membawa alat pancingnya. Kata-kata "Ibu Iwid kan nevel gipap" masih tergiang di benak saya.
Ah, Nala, aku ingat dulu selama beberapa lama kau kesulitan memahami dan menjelaskan apa hubungan orang yang juga kau panggil "Ibu" ini dengan ibumu--akhirnya kau ketahui kemudian ia sebagai "best friend" ibumu setelah konsep itu diajarkan di sekolahmu (juga setelah kau bilang, kau pun punya best friend di sekolah).
Nala, orang yang bahagia melihat kau akhirnya bisa memancing ikan-ikan plastik dengan riang di baskom kamar mandi sore ini memang bisa dibilang pantang menyerah. Namun, kelak, kau mungkin akan tahu bahwa ia pernah menyerah pada suatu hari dalam sebuah perjalanan.
Mungkin saja, kelak, kau akan meragukan kepercayaan dan harapanmu kepadaku.
Ah, mungkin juga tidak. Aku rasa, itu hanya kebaperanku saja. Aku tahu, suatu hari, jika bukan sekolahmu, ibumu pasti akan membuatmu memahami bahwa menyerah bukan selalu berarti kalah.
With love,
Ibu Iwied, yang sering bikin Nala bergeleng-geleng sambil berdecak gemas karena selalu lupa lirik lagu